CATATAN UNTUK BLOG MILLAHIBRAHIM/ AMAN ABDURAHMAN DAN ABU MUHAMMAD AL MAQDISY: PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM


PERINGATAN SEORANG MUSLIM DARI KESESATAN PENULIS BUKU MILLAH IBRAHIM 
Penulis: Dr. Asy Syeikh Abdul Aziz Bin Royyis Ar Royyis
Penerjemah: Mujahid As Salafiy


MUQODDIMAH PENERJEMAH


بسم الله الرحمن الرحيم
سلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

الحمد لله حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه, كما يحب ربنا ويرضى, وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمداً عبده ورسوله

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.(Ali ‘Imran: 102).
”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa’: 1).
 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (Al-Ahzab: 70-71)
Amma Ba’du... sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah ta’ala dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad salallaahu ‘alaihi wa sallam serta seburuk-buruk urusan adalah yang diada-adakan, sedangkan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat serta setiap kesesatan adalah di neraka.
Setan senantiasa berupaya menggelincirkan manusia dari jalan Robbul ‘alamin dengan berbagai cara,  diantaranya dengan cara menebarkan syubhat yang merasuki jiwa – jiwa yang lurus terkhusus kawula muda yang minim pengetahuan tentang agama dan memiliki semangat yang membara dalam memperjuangkan islam. Hal ini telah dia nyatakan dan diabadikan oleh Alloh dalam al Qur’an agar manusia berhati – hati , wapada serta berupaya agar tidak terperdaya:

قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ* ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al A’rof 07:16-17)
            Dalam upaya membendung syubhat yang bertebaran terlebih di internet dan membungkam makar setan serta teman - temannya, karena tipu daya setan amatlah lemah, Alloh berfirman:

فَقَٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا

sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (QS. An Nisa’ : 76)
            maka dengan pertolongan Alloh kami menghadirkan kepada pembaca sebuah bantahan yang ditulis oleh Dr. Asy Syeikh Abdul ‘Aziz Bin Royyis ar Royyis yang merupakan bantahan tulisan Abu Muhammad Al Maqdisiy Ishom Burqowiy yang berjudul Millah Ibrohim yang mana kitab ini banyak menjadi pegangan para takfiriyyun bahkan di puji – puji oleh pemuda – pemuda Afghanistan.
            Semoga beliau diberikan balasan oleh Alloh dengan balasan yang berlipat, menambahkan ilmu dan memanjangkan umur umur beliau guna menegakkan tauhid dan sunnah berdasakan pemahaman salaful ummah. Kami juga berdo’a agar tulisan ini bermanfaat, dapat membendung syubhat dan menjadi benteng kokoh terlebih bagi para salafiyyun. Amin yaa Mujibas Sailin

Penerjemah,
M u j a h i d  A s-S a l a f i y


MUQODDIMAH PENULIS

Diantara kitab – kitab yang keadaannya terangkum dan membekas didalamnya sifat melampaui batas dalam masalah takfir (pengkafiran)  serta kebodohan yang mebutakan atau sifat melampaui batas yang membinasakan yaitu kitab yang ditulis oleh Abu Muhammad al – Maqdisiy yang berjudul “Millatu Ibrohim”, karena tidaklah terdapat sifat melampaui batas pada mereka melainkan karena kitab ini. Maka kitab ini termasuk diantara kitab – kitab takfir paling sesat   yang hujjahnya sangat rapuh sebagaimana akan datang penjelasannya mengenai hal ini-Insya Alloh- ketika membaca bantahan ini. Diantara  hal yang terpenting dalam bantahan kitab – kitab sesat semacam ini yaitu tidaklah membekas didalam kitab tersebut melainkan menekuni manhaj Khowarij. Maka diantara sikap kewaspadaan dan kemudahan yang sangat yang mana hal ini merupakan perkara yang penting yaitu memberi obat bagi orang yang telah terjerumus dalam pemikiran khowarij ini yang mana pemikiran tersebut dapat merusak agama dan dunia.
Dan aku akan membantah –insay Alloh- dengan dua cara:
·        Pertama dengan bantahan secara umum
·        Kedua dengan bantahan secara terperinci



FASAL PERTAMA
BANTAHAN SECARA UMUM

Kebanyakan kitab yang berada di orang – orang yang melampaui batas adalah bermuara pada sikap yang melampaui batas dalam hal “Baro’(sikap berlepas diri)” terhadap orang kafir dan orang musyrik, yang nukilan – nukilannya dari perkataan – perkataan Ulama’ Najd. Dan ini adalah sebuah kebenaran lagi wajib yang tiada perselisihan didalamnya tapi yang jadi permasalahan adalah abu Muhammad al Maqdisiy yang sesat ini menginginkan dengan ucapan – ucapan Ulama’ Najd tersebut diberlakukan terhadap para pemerintah Kaum muslimin terlebih (pemerintah) negeri Saudi, padahal perkataan – perkataan tersebut berlaku bagi orang musyrik dan kafir yang menentang.
Inilah  letak perbedaan dan medan peperangan kami yang mana hal ini tidak hanya berlaku bagi orang kafir tapi juga berlaku bagi orang yang menyelisihi dien yang lurus ini. Karena hal itu termasuk syi’ar yang mulia dalm dien ini. Abu Muhammad al Maqdisiy telah menjerumuskan dirinya sendiri dalam kebodohan dan kedzaliman dia juga telah terjun dalam keyakinan yang salah terhadap Pemerintah kaum Muslimin padahal keyakinan tersebut telah disepakati atasnya mereka dikafirkan tanpa dasar syar’I yaitu hanya dengan sebab tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh serta perkara – perkara tidak syar’I yang lain akibat dari sikap melampaui batas. Dalam  kitab ini tidaklah kosong dari dalil – dalil melainkan membantah syubhat – syubhat sebagai senjata melawan orang yang mengkafirkan karenya bagi yang kurang paham  dengan   muara bantahanku terhadap kitab Kawasyiful Jaliyyah yang  berjudul “Tabdiidu Kawasyifil ‘Anidi fii Takfirihi Lidaulatit Tauhid” aku akan meringkasnya dengan penjelasan dua hal yang penting. (catatan kaki: siapa yang menginginkan penjelasan lebih lanjut silahkan lihat kitab “Tabdiidu Kawasyifil ‘Anidi fii Takfirihi Lidaulatit Tauhid”)
1.             Asal keislaman dan keimanan seorang muslim baik Hakim ataupun rakyat tidaklah dikeluarkan dari keislaman dan keimanannya kecuali dengan keyakinan, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: barangsiapa yang kokoh keimanannya dengan sebuah keyakinan maka keragu - raguan  tidaklah bisa menghilankannya, akan tetapi hilangnya islam dan keimanan seseorang yaitu setelah ditegakkannya hujjah dan dihilangkannya syubhat. (Majmu’ Fatawa 12/501). Dan inilah peringatan penting atas qoidah yang telah disepakati atanya yaitu “Yakin tidak bisa dihilangkan dengan keragu - raguan”*.[1]
2.             Di antara hal yang penting pula untuk diketahui adalah bahwa mengkafirkan adalah hak Alloh dan Rosul-Nya, maka tidaklah hal ini menjadi hak para orang yang melampaui batas. Ibnu Taimiyyah berkata: berdasarkan ini, maka Ahlul Ilmi dan Ahlus Sunnah tidaklah mengkafirkan orang yang menyelisihnya, meskipun orang yang menyelisihi tersebut jatuh dalam kekafiran, karena kafir adalah hukum syar’I maka tidak layak bagi seorang-pun menjatuhkan vonis tersebut…. Maka tidaklah boleh dikafirkan kecuali orang yang telah dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya. (ar Roddu ‘alal Bakri hlm 259, lihat pula Majmu’ Fatawa 3/245, Minhajus Sunnah 5/92&224 dan lihat al Fishol Ibnu Hazm 3/248-249)
Ibnul Qoyyim berkata dalam qosidah Nuniyyah:
Vonis kafir adalah hak Alloh dan Rosulnya
Dengan ketetapan syara’ dan tidak dengan ucapan fulan
Barangsiapa yang dikafirkan Alloh dan rosulnya
Sungguh dia telah terjatuh dalam kekafiran.

Imam Asy Syaukani berkata: ketahuilah bahwasanya tidaklah layak bagi seorang muslim yang beriman kepada Alloh dan hari akhir menghukumi seorang muslim keluar dari islam kecuali dia dahului dengan penjelasan yang jelas layaknya matahari di siang hari. Telah shohih hadits – hadits dari jalan para shahabat, “bahwasanya barangsiapa yang menuduh kepada saudaranya hai kafir maka tuduhan itu akan kembali kepada diantara keduanya”.
Dalam lafadz lain dalam riwayat Bukhori dan Muslim: “barangsiapa yang menuduh kepada seorang dengan kekafiran atau menuduh bahwa dia adalah musuh Alloh, maka tidaklah tuduhan demikian itu melainkan akan kembali padanya"
Dalam hadits yang lain terdapat lafadz: “sungguh telah kafir salah satu diantara keduanya”
Dengan hadits – hadits ini dan yang semakna dengannya bahwa permasalahan Takfir adalah perkara yang besar…. Kemudian beliau berkata: sebagaimana penjelasan yang telah lalu janganlah seorang membuat rusak agamanya, dan jangan pula dia meniadakan dirinya dari faidah,(hal itu hendaklah dia waspadai) sebagaimana dia takut kesalahan menimpa dirinya sehingga disebut oleh Rosululloh sebagai orang kafir. (Sailur jaror 4/578)
Dalam kitab al Maqdisiy yang kosong dari dalil ini telah mengkafirkan orang – orang seperti para pemerintah kaum muslimin, karena itu ia merupakan diantara kitab – kitab berbau takfir yang paling rapuh hujjahnya –itupun jika mereka memiliki hujjah- maka ia hanyalah kitab yang membakar semangat  sikap semangat bagi orang yang terjatuh dalam pemikiran sesatnya padahal keadaan kitab itu tidaklah memuaskan dan tidak pula berada diatas dalil – dalil. Tidaklah Para  pemuda yang berumur kurang lebih 20 tahunan yang meliki semangat  yang membara melainkan akan mendapatkan racun (kitab itu) dan jauh dari akal sehat dan ilmu yang bersumber dari wahyu serta pertolongan Alloh.
Obat dari pengaruh  kitab yang lemah ini (Millah Ibrohim) adalah agar membaca secara sempurna kitab seperti ini dan penulis yang menggelutinya. Karena syubhat – syubhat para Takfiri bermuara pada pengkafiran penguasa muslim dan tidak lebih-sebagaimana yang aku ketahui- lima syubhat yang menjadi pondasi dan yang berkaitan dengannya aku telah menbantah dan menjawabnya dalam kitabku “Tabdidu Kawasyifil ‘Anidi Fii Takfirihi lidaulatit Tauhid”


FASAL KEDUA
BANTAHAN SECARA TERPERINCI

Karena semua keadaan kitab ini seperti yang telah saya sebutkan diatas kecuali sedikit saja yang berbeda dalam ketergelinciran dan kesalahan yang terpisah maka aku membantah dan memberi peringatan atasnya dalam fasal ini, dan inilah yang saya sebut sebagai bantahan secara terperinci.

Kesalahan pertama:
Menyamakan antara ucapan Ulama’ Najd dengan ucapan Sayyid Quthb  orang yang mencela para shahabat Nabi (ck: sebentar lagi akan saya jelaskan kesalahannya). Dan penyamaan ini adalah penyamaan dakwah yang saling bertentangan yaitu antara dakwah salafiyyah dan dakwah sururiyyah, penggabungan semacam ini ini ibarat menggabungkan antara timur dan barat. Penggabungan Metode dan bangunan antara keduanya adalah metode yang jelek yang memperdayakan kawula muda padahal yang diinginkan adalah  berisikan pemikiran – pemikiran sayyid Quthb ast Sturiyyah yang dia beri nama dengan ghiroh dan berpegang teguh dengan dakwah ulama’ nejd. Padahal dakwah Ulama’ Nejd dibangun atas pengkafiran kaum musyrikin ashli dari kalangan yahudi dan nashrani atau pengkafiran terhadap kaum muslimin yang terjerumus dalam syirik akbar berdasarkan kesepakatan ulama’, seperti orang yang menyembelih dan bernadzar selain Alloh setelah ditegakkannya hujjah atasnya. Dan ini adalah sebuah kebenaran karena sesungguhnya seorang muslim bisa saja kafir setelah dia islam sebagaimana dalam shohih Bukhori dari Ibnu Abbas bahwa Rosululloh bersabda: “Barangsiapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah”
Maka barangsiapa yang mengganti agamanya dengan selain agama islam maka dia berhak dibunuh atau disebut murtad. Dalam shohihain dari Abdulloh bin ‘Umar beliau berkata bahwasanya Rosululloh bersabda: “laki – laki mana saja yang menuduh saudaranya kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada salah  satu diantara keduanya”
Dengan ini jelaslah bahwa mengkafirkan dengan hak terhadap orang yang terjerumus dalam kekafian, Dengan dalil para shahabat sepakat atas kafirnya orang yang enggan membayar zakat. dan yang tercela adalah mengkafirkan tanpa hak terhadap orang yang tidak terjerumus dalam kekafiran atau orang yang terjerumus didalamnya akan tetapi tidak ditegakkan hujjah atasnya terlebih dahulu. Ulama’ Ahlus Sunnah dari empat madzhab sepakat atas kafirnya seseorang dengan haq setelah tegakkan hujjah atasnya sebagaimana mereka memasukkan bab hukum bagi orang murtad dalam kitab – kitab fiqih.
Sungguh sebagian kelompk sesat telah menyimpang dari hal yang telah disepakati atasnya oleh para shahabat dan ahlul Ilmi bahwa mereka beranggapan seorang muslim yang melakukan syirik akbar seperti menyembelih, bernadzar dan berdo’a kepada selain Alloh,  syeikh Muhammad bin Abdul wahhab telah membantah mereka dalam kitab beliau yang sangat bermanfaat berjudul “Kasyfusy syubuhat” di dalamnya telah menukil  I’tiqod ahlus sunnah dan dalil – dalil yang tidak lagi akal menolaknya, seperti firman Alloh:

وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ

Dan mereka telah kafir setelah mereka beriman.

لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

Tidak usah kamu meminta maaf, karena sungguh kamu telah kafir setelah beriman.
Akan tetapi perlu adanya peringatan bahwa Ulama’ najd dan Ahlus Sunnah tidaklah mengkafirkan kecuali terkumpul dua perkara dalam diri seseorang:
1.             Perbuatannya merupakan kekafiran yang telah disepakati atasnya
Syeikh Muhammad bin abdul wahhab ditanya tentang orang dibunuh atau dikafirkan, maka beliau menjawab: rukun Islam ada lima, yang pertama adalah dua kalimat syahadat, kemudian empat rukun yang lain. Maka apabila rukun yang empat itu ditinggalkan karena menganggap remeh, maka kami memeranginya akan tetapi tidak mengkafirkannya dengan sebab meninggalkan empat rukun tersebut. Ulama’ telah berselisih tentang kekafiran orang yang meninggalkannya  dengan sebab meremehkan tanpa disertai juhud. Dan tidak juga ulama’  mengkafirkan kecuali terhadap sesuatu yang telah mereka sepakati atasnya yaitu: dua kalimat syahadat. (ad – Durorus Saniyyah 1/102)
2.             Wajib menegakkan hujjah atas seseorang yang terjerumus dalam kekafiran sebelum memvonisnya kafir.
Berkata anak cucu syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Syeikh Hamd bin Nashir ketika mereka menjawab atas pertanyaan tentang pentakfiran syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, penanya berkata: telah sampai kepada kami bahwa kalian mengkafirkan ulama’ terdahulu seperti Ibnul Faridl dan yang lainnya dan beliau adalah masyhur pengetahuan tentangnya dari kalangan ahlus Sunnah, mereka (ulama’ nejd) menjawab: apa yang telah kamu sebutkan, bahwa kami mengkafirkan para manusia terdahulu dan selain mereka , maka kami katakana ini adalah fitnah yang dilontarkan oleh musuh – musuh kami agar manusia jauh dari jalan yang lurus. Banyak Fitnah  yang serupa dengan itu juga telah disandarkan kepada kami dan jawaban kami tiada lain adalah Maha suci Engkau ya Alloh, ini adalah fitnah yang besar, (ketahuilah) kami tidaklah mengkafirkan seseorang kecuali seorang yang telah mengetahui kebenaran, setelah tegak atasnya hujjah sedangkan dia mengingkarinya dan orang yang diajak kepada kebenaran sedangkan dia tidak menerimanya disertai kesombongan dan pembangkangan, jika kami mengkafirkan selaian dari apa yang telah kami sebutkan tadi maka ini adalah kedustaan yang dialamatkan kepada kami. (Ad-Durorus Saniyyah 2/20)
(lihatlah) Mereka (Ulama’ Nejd) telah menjelaskan bahwasanya mereka tidak mengkafirkan kecuali orang yang telah tegak atasnya hujjah disertai dengan kesombongan dan pembangkangan untuk menolak kebenaran.
Demi  Alloh yang telah meninggikan langit dan membentangkan bumi bahwa Dakwah Ulama’ Najd menyelisihi Dakwah Sayyid Quthb, bahkan Sayyid Quthb menyusul dengan kesesatan dan kebid’ahan (yang tidak pernah dilakukan Ulama’ Nejd).
Untukmu aku tunjukkan sebagian Ucapan Sayyid Quthb yang menjijikkan lagi bertentangan dengan Ulama’ Nejd, agar jelas pada kamu bahwa Abu Muhammad al Maqdisiy adalah termasuk deretan manusia yang bodoh pengetahuannya terhadap ucapan para Ulama’ Nejd.
Inilah aqidah Sayyid Quthb yang menyelisihi Ulama’ Kaum Muslimin diantaranya Ulama’ Nejd, aku nukilkan ucapannya yang terdapat dalam kitabnya, kemudian aku akan membenturkannya dengan nukilan salah satu dari ucapan Ulama’ Nejd yang bersesuaian dengan ijma’ Ulama’ Salaf yang menyelisihi Ucapan Sayyid Quthb. Agar jelaslah bahwa Sayyid Quthb tidak hanya menyelisihi aqidah Ulama’ Nejd bahkan menyelisihi seluruh Ulama’ kaum Muslimin.

1.  Mengatakan   Al – Qur’an adalah makhluk.
Dia berkata: dan yang jelas keadaan ini bahwa keadaan al Qur’an seperti keadaan semua ciptaan Alloh, sebagaimana Alloh membuat sesuatu dan membuat manusia. (Dzilalil Qur’an 1/38)
Setelah membahas huruf Muqotho’ah dia berkata pula: selain itu tidaklah mereka memiliki tulisan semacam al Qur’an ini, bahwasanya Al Qur’an itu seperti Alloh membuat yang manusia tidak bisa membuat. (5/2719)
Berkata pula: ini huruf “Shod” yang Alloh bersumpah dengannya, sebagaimana Alloh bersumpah dengan al – Qur’an yang mempunyai keagungan. Inilah huruf yang berbentuk dari ciptaan Alloh , berbentuk ucapan ditenggorokan manusia. (Dzilalil Qur’an 5/3006)
Berkata pula: yang Nampak sesungguhnya al Qur’an adalah ayat kauniyyah Alloh seperti bumi dan langit. (Dzilalil Qur’an 4/2328)
Inilah beberapa nukilan ucapan sesat yang menyelisihi ijma’ ulama’ salaf, dan Ulama’ Nejd telah membantahnya dalam risalah Syeikh Ishaq bin Abdur Rohman ketika menjelaskan Aqidah dan keadaan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab: bahwasanya beliau berlepas diri dari pendapat Jahmiyyah tentang al Qur’an adalah makhluk, beliau juga menukil Ijma’ Jumhur Ulama’ Salaf tAhlul Ilmi dan Iman tentang pengkafiran mereka terhadap orang yang menyatakan al Qur’an adalah makhluk. (ad Durorus Saniyyah 1/514)
Syeikh Abdul Lathif berkata: kita berkeyakinan bahwa al Qur’an adalah kalamulloh yang turun dan bukan makhluk. Dari awal hingga akhir adalah kalam Alloh secara hakikat, dan jibril menyebutnya dari  Dzat yang maha Pencipta lagi Maha suci dan diturunkan kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam, dan tidaklah kita mengucapkan seperti diucapkan Asyairoh dan tidak pula selain mereka dari kalangan Ahlul Bida’. (Ad Durorus Saniyyah 1/ 572)

2.   Mencela Nabi Musa ‘alaihis salam setelah beliau menjadi Nabi
Dia berkata: kami menyatakan bahwa Musa seperti pemimpin yang durhaka lagi pembohong. Disana dia merupakan orang badui yang fanatic terhadap kaumnya, sebagaimana orang badui yang marah karena kaumnya. Dan sangat cepat sekali penyakit fanatic ini merasuk kepada para orang – orang…. “sebagaimana melakukan penantian diwaktu  pagi yang yang sunyi” inilah gambaran untuk sebuah lembaga yang dikenal dengan “Lembaga Pembangunan Pemerhatian Kejelekan setiap kelompok”. Berdasarkan hal ini sungguh tiada lain slogan yang Nampak adalah untuk orang – orang Mujrim, maka hendaklah membuat perhatian bagi orang yang memperhatikan…………. (Tashwirul Fina fil Qur’an hlm 200)
Syeikh Royyis berkata: ucapan ini adalah ucapan busuk yang orangnya akan dipertanggung jawabkan serta bertentangan dengan perkataan Alloh dan Rosulnya Musa ‘alaihis Salam yang menyebabkan murtad dan kafir. Berkata Syeikh Bin Baz ketika memberi komentar atas perkataan Syayid Quthb ini: mencaci para Nabi adalah murtad.  (diambil dari rekaman kajian perkataan – perkataan Ulama’ mengenai karangan – karangan Sayyid Quthb: tasjilat Minhajus Sunnah as Sam’iyyah di Riyadh)
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah: hokum mencaci Para Nabi dihukumi seperti mencaci Nabi kita Muhammad shlallohu ‘alaihi wa sallam….. bahwasanya mencaci mereka adalah kafir lagi diperangi dan halal darahnya. (Ash Shorimul Maslul 3/1048)
Syeikh Abdulloh bin Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan: perhatikanlah ucapan Ishaq bin Rohawaih –semoga Alloh merohmatimu- beliau menukil ijma’ atas kekafiran orang yang mencaci Alloh, atau mencaci Rosulnya atau mengingkari sebagian apa yang Alloh turunkan……… jadi jika ada orang yang melafadzkan dengan lisannya berupa cacian terhadap Alloh atau Rosulnya maka dia adalah kafir murtad keluar dari islam. (Ad – Durorus Saniyyah fil Ajwibatin Najdiyyah 10/180)

3.   Mencela kebanyakan para shahabat Nabi Muhammad
Diantaranya ia berkata: Abu Sufyan adalah laki – laki yang memeluk  islam akibat penyerbuan kaum muslimin pada saat fathu makkah dan ini termaktub dalam kitab tarikh, dan orang yang masuk islam karena terpaksa maka islamnya adalah islam hanya sebatas di bibir sedangkan lisannya sama sekali tidak iman, dan tidaklah terkumpul islam (antara bibir dan hati) pada laki – laki ini (Abu Sufyan). ( Majalah al Muslimun edisi 3 tahun 1371 H ).
Komentar saya (Syeikh ar Royyis): ucapan ini menyelisihi ucapan Ulama’ Nejd dan Ulama’ Islam, Ulama’ Nejd dan Ulama’ Islam mengingkari dan menyesatkan orang yang mencela shahabat Nabi, Syeikh Abdulloh bin Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab pernah ditanya:
Apakah orang yang mencela shabat Nabi itu kafir atau sebatas fasiq?? Dan apa dalilnya?
Beliau menjawab: Dia adalah Fasiq, sebagaimana Sabda Rosululloh: Mencela orang islam adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran. (Ad Durorus Saniyyah 10/250)


[1] * diantara ulama’ yang menyebutkan adanya ijma’ tentang qoidah ini adalah Ibnu Daqiq al Ied dalam Ihkamul Ahkam 1/117



Kesalahan ke dua:
Si miskin lagi bodoh Abu Muhammad al Maqdisiy menganggap bahwa belajar dan mengajarkan tauhid saja tidaklah cukup kecuali dengan memberontak dan menkafirkan pemerintah kaum muslimin, oleh karena itu siapa yang tidak melakukan yang demikian itu maka orang tersebut tidak dinamakan menegakkan tauhid, meskipun mengajarkan dan mempelajarinya. Dia berkata:
“Peringatan: dan dia menyangka bahwa mengikuti millah Ibrahim pada zaman kita ini hanya sebatas dengan mempelajari tauhid, mempelajari pembagian – pembagiannya dan macam – macamnya……. Sedangkan dia diam terhadap Ahlul Bathil (para penguasa) dan meniadakan pemboikotan secara terang – terangan dari kesesatan mereka…(selesai nukilan ucapannya)
Komentar kami (Syeikh Ar Royyis) mengenai ucapn ini adalah: menurutku tidaklah demikian, karena seandainya dia menjilat dan diam terhadap sebagian kesesatam mereka dan tidak pula menghancurkan sesembahan – sesembahan mereka dan tidak menampakkan kebencian terhadap mereka insya Alloh telah cukup (dilihat mashlahat dan mafsadatnya), dengan mempelajari dan mengikuti pelajaran tauhid secara tidak langsung telah mengamalkan wala’ dan baro’, benci, permusuhan dan hijrah karena Alloh.
Kemudian dia (Abu Muhammad al Maqdisiy) juga berkata: syeikh Abdul Lathif bin Abdur Rohman berkata dalam durorus Saniyyah bab jihad, hlm 167: janganlah seorang itu beranggapan telah mengetahui dan mengamalkan tauhid sedangkan ia tidak memusuhi kaum musyrikin, karena barang siapa yang tidak memusuhi mereka maka tidaklah dikatakan dia telah mengamalkan tauhid”
Komentar kami: lihat lah! Bagaimana si Al Maqdisiy bermain – main dengan millah Ibrahim yang agung ini dan melariskan kesesatannya atas nama Millah Ibrahim, padahal sesungguhnya Millah Ibrahim adalah memerintahkan kita berpegang teguh dengan  tauhid dan pembagiannya secara ilmu dan amal tanpa disertai sifat melampaui batas dalam mengkafirkan pemerintah dengan sebab kebodohan (mereka), sebagaimana Alloh berfirman:

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا

وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ

Dan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab telah menerangkan (hal ini) sebagaimana dalam risalah beliau yang berjudul “Tsalatsatul Ushul”: ketahuilah semoga Alloh menunjuki engkau untuk menta’atinya, bahwa Millah Ibrahim yang lurus adalah menyembah Alloh saja dan mengikhlaskan ibadah agama hanya karena-Nya, sebagaimana Alloh berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan diantara bentuk menegakkan tauhid adalah memusuhi musyrikin dan berkasih saying terhadap muwahhidin serta belajar dan mengamalkan tauhid sebagaimana faidah yang disampaikan Syeikh Abdul lathif diatas, akan tetapi al Maqdisiy dengan nukilan tersebut menginginkan kedustaan dan kecurangan dengan cara menisbahkan pengkafirannya terhadap pemerintah kaum muslimin kepada Millah Ibrahim.
Kemudian atas kebodohan terhadap realita al Maqdisiy juga memalingkan Negara Saudi serta dia juga menganggap Negara tersebut  tidak berdiri diatas Millah Ibrahim, padahal yang demikian itu adalah anggapan yang salah –sebagaimana yang telah lalu penjelaskannya-, diantara kebodohan al MAqdisiy tentang realita Negara Saudi yaitu (dia tidak mengetahui) bahwa di Saudi pernah ada aliran sufi, rofidloh, Isma’iliyyah dan semisal dari golongan sesat tersebut yaitu Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh dan khowarij yang semuanya itu telah dikeluarkan dari Negara tersebut.
Ketahuilah wahai al Maqdisiy yang bodoh dengan hukum syar’I dan realita  bahwa Negara Saudi ini dari dulu hingga jaman kita ini telah dijuluki oleh musuh-musuhnya dengan nama Wahabi.

Kesalahan ke tiga:
Pujiannya terhadap kelompok takfir dan kitab – kitab mereka seperti Juhaiman, dan menjadikan orang yang tidak sesuai dengannya dalam mengkafirkan pemerintah kaum msulimin termasuk orang yang tidak berdiri diatas tauhid. Al Maqdisiy berkata:
“dan sungguh telah Nampak dengan jelas bagi kami apa yang disebut dengan Negara Saudi, bahwa Negara tersebut telah banyak memalingkan manusia dengan kemajuannya dari tauhid dan kitab – kitabnya, bahkan telah menipu ulama’ – ulama’nya dengan menyibukkan mereka atas para penyembah kubur, sufi, dan para pelaku syirik jimat – jimat, pohon – pohon keramar dan batu keramat, akan tetapi mendiamkan dan tidak menciderai aturan tatanegaraan mereka. ”
Komentar kami: tidak lah aku menambai perkatakanku sebagaimana yang telah lalu dan apa yang diucapkan Abu Ali al Aamadiy:
Nampak dihadapan para pelajar seperti guru, padahal orang gila
Orang bodoh namun disebut paham agama


Bersambung….

Sumber: http://millahmuhammad.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel kami. Silahkan berkomentar dengan sopan.