F40 – F48 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM, dan GANGGUAN TERKAIT STRES: F40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK, F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA


Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
Penulis: Dr. Rusdi Maslim, Sp.KJ


F40 – F48
GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM, dan GANGGUAN TERKAIT STRES
  • Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress, dikelompokkan menjadi satu dengan alas an bahwa dalam sejarahnya aa hubungan dengan perkembangan konsep neurosis dan berbagai kemungkinan penyebab psikologis (psychological causation).
  • Konsep mengenai neurosis secara prinsip tidak lagi digunakan sebagai patokan dalam pengaturan penggolongan, meskipun dalam beberapa hal masih diperhitungkan untuk memudahkan bagi mereka yang terbiasa menggunakan istilah neurotik dalam mengidentifikasi berbagai gangguan tersebut.

F40 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK
  • Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar indifidu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan.  Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak realistic dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
  • Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi rasa terancam.
  • Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik).
  • Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer,  sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia., khususnya agarofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbullebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.
40.0 Agarofobia.
Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah iniharus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a)      gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif.
b)     anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan (setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan
c)      menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi “house bound”)

Karakter kelima: F40.00= tanpa gangguan panik
                                    F40.01= Dengan gangguan panik

F40.1 Fobia Sosial
Pedoman Diagnostik
·      Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik  pasti:
  • a)      Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif.
  • b)     Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the family circle); dan
  • c)      Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.
·      Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)

F40.2 Fobia Khas (Terisolasi
Pedoman Diagnostik                                                                   
·      Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik  pasti:
  • a)      Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif.
  • b)     Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific situation)
  • c)      Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
·      Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan fobia sosial. 

F40.8 Gangguan anxietas Fobik lainnya
F40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT

F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA
  • Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada situasi lingkungan tertentu saja.
  • Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsure dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.

F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik)
  • Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik (F40.-)
  • Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya bebrapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:
  • a)      Pada keadaan-keadaan diman sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;
  • b)   Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation)
  • c)      Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi “anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yamng mengkhawatirkan akan terjadi).  


F41.1 Gangguan cemas menyeluruh.
Pedoman Diagnostik
  • Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
  • Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a)      Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi dsb.);
b)     Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c)      Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
  • Pada anak-anak sering terliahat adanya kebutuhan berlebihan, untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang menonjol.
  • Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnostikutama yakni gangguan anxietas menyeluru, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif-komfulsif  (F42.-)

F41. 2 Gangguan campuran anxietas dan depresi
Pedoman diagnostik
  • Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnostiktersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
  • Bila ditemukan anietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguaqn anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
  • Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan diagnostiktersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak fdapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat dikemukakan datu diagnostikmaka gangguan depresif harus diutamakan.
  • Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
 
F41.3 Gangguan Anxietas Campuran lainnya
Pedoman Diagnostik
  • Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun hanya dalam jangka waktu pendek) cirri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.
  • Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian.
F41.8 Gangguan Anxietas lainnya YTD
F41.9 gangguan anxietas YTT 




REFERENSI
1.     Judul Buku: Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III; Penulis: Dr. Rusdi Maslim, Sp.KJ; Cetakan 1, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001