Saat kaku sejenak merambah badan
Napas pun mendesak tenggorokan
Sakratul maut ada di hadapan
Kala itu bakal ada perpisahan
Berpisah dari dunia yang selama ini didambakan
Dia segera menghadap Rabb yang telah menciptakan
Mempertanggungjawabkan segenap perbuatan
Sungguh beruntung bagi yang beriman lagi berbuat kebajikan
Duhai, sungguh celaka bagi yang tiada iman,
berbuat kemungkaran dan berpaling dari kebenaran
Hari itu yang tersisa hanyalah penyesalan
Andai Allah Subhanahu waTa’ala memberi lagi kehidupan,
tentu dia akan bersegera beramal kebajikan,
menumpuk setinggi mungkin amalan
Namun, penyesalan hanyalah tinggal penyesalan.
Semestinya tumbuh kesadaran kala kehidupan
bahwa dunia ini hanya sebatas tempat persinggahan
Bagai pengelana yang berteduh di bawah pepohonan
Sejenak rehat lalu melanjutkan perjalanan
Dunia hanya sebuah persinggahan
Tujuan akhir adalah kampung akhirat nan diliputi keabadian
Karenanya, taburilah hidup dengan amal kesalehan,
Agar di akhir tak ada penyesalan
Sungguh, tentang hal ini manusia telah banyak diingatkan
( Asy Syari’ah No.73/VII/1432 H/2011, hal 5 )
_____________________________________
Ia adalah kematian, tidak ada tempat lari dan berlindung darinya.
Kapan digariskan kematian ini, maka ia diangkat dengan keranda.
Benar-benar kita berangan dan berharap keberhasilan dunia.
Tetapi pintu kematian lebih dekat dari angan-angan kita.
Berdirilah orang yang sangat penyayang dengan buru-buru
Ke tempat pemandian mendatangiku dan memandikanku
Ia berkata hai kaumku kita mencari tukang memandikan yang pintar
Orang pilihan yang sopan, yang mahir lagi pintar
Lalu datanglah kepadaku seorang dari mereka dan menelanjangiku
Dari pakaianku ia menelanjangi dan menyendirikan aku
Mereka menaruhku di atas papan-papan yang disisihkan
Sementara di atasku pipa air tuk membersihkanku
Menyiramkan air padaku hingga tiga kali memandikan
Lalu minta diambilkan kain untuk mengkafaniku
Mereka meletakkan di atasku baju-baju tanpa lengan
Jadilah bekalku parfum ketika mereka mewangikanku
Mereka mengeluarkanku dari dunia duhai sedihnya
Di atas tunggangan tanpa bekal yang menyampaikanku
Di atas pundak empat lelaki mereka mengangkatku
Sedangkan dibelakangku orang-orang mengantarku
Bukanlah orang asing, orang yang datang dari Syam atau Yaman
Akan tetapi orang asing adalah yang di dalam lahad atau kafan
Di dalam kegelapan kubur tanpa ayah ibu yang menyayangiku
Tidak pula dengan saudara yang ramah menghiburku
Dengan perlahan mereka menurunkan aku
Salah seorang dari mereka disuruh menguburku
Penutup wajahku dibuka agar ia melihatku
Bercucuran air dari kedua matanya membanjiriku
Lalu berdiri nmenghormat dan menyelimutiku
Disusun bata di atasku lalu meninggalkanku
(Syair-Syair dalam buku Pengurusan Jenazah hal 109-136)
- Judul Asli: Al Mayyitu, Taghsiluhu wa Takfinuhu Wash Sholatu ’alaihi Wa Dafnuhu, Judul edisi Indonesia: Tata cara memandikan, mengkafani, menshalatkan dan mengkuburkan jenazah, Maktabah Al Ghuroba’, Mei 2010
- Disusun oleh Wizaratu Assy Syu’uni Al Islamiyati Wal Auqafi wad Da’wati Wal Irsyadi (Departemen Agama Islam, Urusan Wakaf, Dakwah dan Pengajaran) Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca artikel kami. Silahkan berkomentar dengan sopan.