Halaman

NASEHAT UNTUK ORANG SAKIT

Nasihat
      1.       Tetap Bersabar
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“…Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS.Az-Zumar: 10)
Dia pun berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Aniyaa’: 35)
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’.[1] Mereka itulah orang-orang yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dfan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Diriwayatkan dari Syuhaib Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Urusan seorang mukmin itu sungguh mengagumkan, karena semua urusannya menjadi kebaikan. Dan yang demikian itu hanya terjadi di kalangan orang-orang mukmin. Jika ia dianugerahi kebaikan, maka ia bersyukur, dan syukurnya itu merupakan suatu kebaikan baginya. Dan apabila ia ditimpa kesulitan, maka ia pun bersabar, dan kesabaran itu menjadi kebaikan baginya.” [2]
Dari anas Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua kecintaannya, lalu ia bersabar, maka Aku pasti menggantikannya dengan surga.” Yang dimaksud dengan dua kecintaannya adalah dua matanya (yang buta).[3]
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
‘Sesungguhnya kesabaran itu (hanya dinilai) ketika pertama kali musibah itu menimpa.” [4]
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhumaa dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundahan hingga duri yang mengenainya, melainkan Allah menghapuskan sebagian kesalahan-kesalahnnya karenanya.” [5]
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya balasan yang agung itu akan didapat karena ujuan yang berat. Dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha terhadap ujian itu, maka Allah pun ridha (kepadanya). Dan barangsiapa marah kepadanya, maka Allah pun murka kepadaNya.” [6]



2. Nasihat Untuk Orang Sakit bag. 2: MOHONLAH AMPUNAN ALLAH DAN KESELAMATAN DUNIA DAN AKHIRAT, JANGAN MEMINTA BENCANA
Hal ini karena ada hadits dari al-‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ‘Ajarkan kepadaku bagaimana aku memohon kepada Allah.’ Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjawab: ‘Mohonlah keselamatan (dunia dan akhirat).’ Selang tiga hari kemudian, aku datang dan bertanya lagi. ‘Wahai Rasulullah, ajarkan aku bagaimana aku bermohon kepada-Nya.’ Rasulullah menjawab: ‘Wahai ‘Abbas, wahai paman Rasulullah, mohonlah keselamatan di dunia dan di akhirat.” [1]
Dan hadits ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhumaa, ia berkata, “Diantara do’a Nabi ialah: ‘Allahumma inni a’uu-dzu bika min zawaali ni’matika, wa tahawwuli ‘aafiyatika, wa fujaa-ati niqmatika wa jamii-‘i sakhotika.’ (Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung dari lenyapnya nikmat-Mu, berubahnya keselamatan dari-Mu, kemurkaan-Mu yang tiba-tiba dan segala kemurkaan-Mu).”[2]

3. Nasihat Untuk Orang Sakit bag. 3: JANGAN BERKECIL HATI, KARENA JIKA ANDA MELAKUKAN AMAL SHALIH SELAGI SEHAT, MAKA KETIKA SAKIT PAHALA ANDA TETAP DICATAT DENGAN SEMPURNA

Hal ini berdasarkan hadits Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang hamba sakit atau dalam keadaan bepergian, maka dituliskan baginya apa yang biasa ia lakukan ketika tidak sedang bepergian dan dalam keadaan sehat.” [3]
 
4. Nasihat Untuk Orang Sakit bag. 4: JANGAN PUTUS ASA UNTUK SELALU BEROBAT. JANGAN MEMPERLAMBAT PENGOBATAN DAN JANGAN BERANGAN –ANGAN MATI, SEKRONIS APAPUN PENYAKIT YANG DIDERITA 

Setiap penyakit ada obatnya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam: “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat penyakit itu tepat, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah.” [4]
Optimislah dan selalu berperasangka baik kepada AllahTa’ala disertai rajin berdo’a kepada-Nya, agar Dia senantiasa menyertai Anda. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam dalam hadits Qudsi: “Allah azza wa jalla berfirman: ‘Aku tergantung prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku beserta dia, jika ia berdo’a kepada-Ku.” [5]
Allah Subhanahu wa ta’ala-lah yang telah memberikan cobaan berupa penyakit, maka Dia pula yang akan menyembuhkannya. Allah ta’ala berfirman, mengisahkan tentang perkataan Nabi Ibrahim alaihis salam: “Dan ketika aku sakit, maka Dia-lah yang menyembuhkan aku.” (QS Asy-Syu’araa’: 80) 

5. Nasihat Untuk Orang Sakit bag. 5: PERBANYAKLAH SHADAQAH
Disarankan agar orang yang sakit atau keluarganya memperbanyak shadaqah, karena shadaqah tersebut termasuk sarana pengobatan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam: “ Obatilah orang-orang sakit kalian dengan shadaqah.” [6]


[1] HR. At-Tirmidzi, kitab ad-Da’awaat, bab: haddatsanaa Yusuf bin ‘Isa (no.3514). Ia berkata: “Hasan Shahih.” Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiih at-Tirmidzi (III/446), dan dalam Silsilah ash-Shahihah (no.1523)
[2] HR. Muslim (no. 2739), kitab ar-Riqaaq, bab aktsaru ahlil jannati, al-fuqaraa.
[3] HR. al-Bukhari (no. 2996), kitab al-Jihaad was Sair, bab Yuktabu lil musaafiri mitslu ma kana ya’malu fil iqaamah.
[4] Shahiihul Jaami’ ( no. 5164)
[5] Syaikh al-Albani berkata dalam Silsilah ash Shahihah (V/23), “Dikeluarkan oleh Ahmad (III/210,277) dengan sanad yang shahih atas syarat Muslim.”
[6] Syaikh al-Albani rahimahullah berkata dalam Shahhihut Targhiib wat Tarhiib (I/182), “Hasan lighairihi.” Dan dihasankan olehnya dalam Shahihul Jaami’ (no. 3358)

[1] [artinya: sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa’ (pernyataan kembali kepada allah). Disunnatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.]
[2] HR. Muslim 9no.2999). Kitab Az-Zuhd, bab al-Mu’minu amruhu kulluhu khaiir.
[3] HR. Al-bukhari (no.5653), kitab al-Maradh wath thibi, bab fadhli man dzahaba basharuhu,
[4] HR. Al-Bukhari (no. 1283) Kitab al-Janaa-iz, bab Ziyaaratil Qubur. Muslim (no.926), kitab al-Janaa-iz bab ash Shabru ‘alal ma’syiyat ‘indash Shadmatil  uula
[5] HR. Al-Bukhari (no. 5641-5641), kitab al-Maradh bab  maa jaa-a fii kaffaaratil maradhi. Muslim (no. 2573) kitab al-birr wash shilah, bab Tsawaabul mu’-min fiimaa yushiibuhuu.
[6] HR. At-Tirmidzi, kitab az-Zuhd bab Maa jaa-a fish Shabri ‘alal Balaa’ (no.2396). Ibnu Majah, kitab al-Fitan  bab ash-Shabru ‘alal Balaa’ (no.4031). Dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi (II/564) dan dalam Shahiih Ibni Majah (II/320) dan dalam ash-Shahiihah (no.146)
 
Sumber:
Bimbingan Rohani untuk Orang Sakit, Tuntunan untuk pasien, Dokter, Perawat, Keluarga,dan yang Menjenguk; Penulis: Abu Muhammad Ibnu Shalih bin Hasbullah; Penerbit: Pustaka Ibnu Umar, Bogor, 2010 hal 18-24