Sebuah
Catatan atas Cerpen “Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap
Manhajnya”
Beginilah kalau ditarbiyah dengan tarbiyah
ikhwanul muslimin, jauh dari tarbiyah dan ilmu dien yang shahih (benar),
sehingga melahirkan generasi seperti ibnu Abd Muis dan yang semisalnya, generasi yang jauh dari ilmu agama yang benar
yang akhirnya berimbas pada setiap perkataan dan perbuatannya.
Dilatarbelakangi kebodohan terhadap dien yang
shahih dan kebencian terhadap salafi keluarlah sebuah cerpen yang jauh dari
nilai ilmiah dan keadilan bahkan terkesan dzalim disebuah blog ikhwani, dengan
judul “Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya”,
sebuah cerpen yang seakan-akan mengumumkan bahwa penulisnya seorang yang sangat
bodoh dan benci terhadap salafi sehingga menulis cerpen dengan judul dan tema
seperti diatas.
Berkata Syaikh Abdul Hamid Al Hajuri
Hafidzahullah: “Sebagaimana diketahui dari orang-orang yang Allah beri bashirah
(ilmu) kepada kebenaran, sunnah dan jalannya salaf bahwasannya dakwah ikhwanul
muslimin dibangun diatas kebodohan dari hari pertamakali dibangun.” (An-Nasihat Wal Bayan Lima Alahi Hizbi
Ikhwan, Syaikh Abdul Hamid Al Hajuri: 65)
Hadirnya tulisan ini insya Allah akan membuktikan apa yang telah saya utarakan pada pembukaan diatas dan sebuah penjelasan terhadap cerpen tersebut sebagai bentuk amar ma’ruf nahi mungkar dan nasehat kepada umat. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ
هُمُ المُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Qs. Ali Imran : 104)
Dari Abu Ruqayah Tamiim Bin Aus Ad-Daari bahwa Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassam bersabda: “Agama adalah nasehat” kami (para sahabat)
berkata untuk siapa wahai Rasulullah, Rasulullah berkata: “untuk Allah, Rasul
Nya, kitabNya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin seluruhnya.” (HR.
Muslim)
Judul Cerpen : Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika
Kalian Benci Terhadap Manhajnya
Oleh : Ibnu Abd Muis
Maka kita katakan: Inilah judul yang terkesan lucu dan
menggelikan yang ditulis oleh seorang ikhwani yang bernama Ibnu Abd Muis, yang
cerpen ini lebih pantas diberi judul “Yang penting nyikat salafi walau ku tulis
cerpen dengan judul Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap
Manhajnya”
Wahai Ibnu Abd Muis apa yang menjadi alasan dirimu untuk
menulis cerpen dengan judul seperti diatas, apakah kamu tidak tahu jika benar
ada ikhwan salafy yang menikah dengan akhwat tarbiyah bukan sekedar fiksi
sebagaimana dengan judul cerpen yang kau tulis.
Maka ketahuilah bahwa didalam pernikahan seorang wanita
tidak dipaksa untuk menikah dengan ikhwan yang tidak disukainya baik didalam
agamanya dan yang lainnya, termasuk didalam agamanya manhajnya, lalu mengapa
engkau memberi judul dengan kata-kata merampas akhwatnya ini menunjukkan
kebodohanmu disamping kebencianmu terhadap salafi, walaupun harus berlaku tidak
adil dan terkesan dzolim.
Simaklah sebuah hadist yang mungkin tidak pernah kau
dengar selama engkau liqa’ di firqah (kelompok) ikhwanul muslimin yang kau
berada didalamnya, sebuah hadist yang dijadikan dalil bahwa seorang wanita
tidak dipaksa untuk menikah dengan orang yang tidak disenanginya.
Dari
Abu Hurairah Radiyalallahu ‘Anhu bahwasanya Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda: “Tidak dinikahkan seorang janda sampai diminta persetujuaannya (harus
ada perkataan yang jelas–penj), tidak dinikahkan seorang perawan sampai diminta
izinya, mereka (para sahabat) berkata: ‘bagaimana izinnya?’ bersabda Rasulullah
: ‘diamnya’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkata Syaikh Shaleh Al-Fauzan Hafidzahullah: “Hadits
ini menunjukkan bahwa tidak ada paksaan bagi wanita baik itu perawan atau janda
dan orang yang membedakan antara perawan dan janda bahwa mereka berkata:
Perawan walinya dapat memaksanya dan janda tidak ada paksaan atasnya, pembedaan
yang mereka katakan itu tidaklah benar (Tashiilul
Ilmaam Bifiqhil Ahaadist Min Bulugil Maram, Jilid 4 Kitab Nikah, hal 328)
Lihatlah wahai Ibnu Abd Muis tidak ada paksaan didalam
pernikahan, seorang wanita tidak dipaksa untuk menikah dengan seseorang yang
tidak disukainya, bahkan seorang wanita dimintai persetujuaannya atau izinnya,
jika seorang janda maka harus ada persetujuan dengan perkataan yang jelas
adapun perawan diamnya ketika dimintai izin merupakan persetujuannya.
Maka ketika akhwat ikhwani menikah dengan ikhwan salafi,
berarti dia telah memilih dan ridho
bahwa ihwan salafi menjadi suaminya dan siap menjadi seorang salafiyah. Maka
apakah pantas kau tulis cerpenmu dengan judul “Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya
Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya” kalau bukan karena kebodohanmu dan
kebencianmu terhadap salafi, tanpa ada rasa dosa engkau berkata
“Mengenai kata “RAMPAS”, ini hanya judul kok,
supaya lebih menarik. Banyak kan cerita-cerita yang enggak seru terlihat heboh
dengan judul yang spektakuler. Maksud ana begitu ternyata banyak juga yang
kebakaran jenggot.” (Salah satu jawaban Ibnu Abd Muis terhadap pemberi komentar no : 15)
. Inalillahi wainailaihi Rajiuun hanya karena ingin supaya lebih menarik dan heboh kau dzolimi
saudaramu dari kalangan salafi dengan berlaku tidak adil kepada sudaranya.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ
قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ
عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ
اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. ( Qs. Al-Maidah: 8 )
Berkata Ibnu Katsier Rahimahullah: “Janganlah kebencian
kalian terhadap suatu kaum membuat kalian meninggalkan dari berbuat adil kepada
mereka, tetapi berbuat adillah kepada setiap orang baik teman atau musuh”. (Tafsier Ibnu Katsier pada ayat ini) Ini
menjadi bukti bagiku bahwa cerpen ini lebih pantas di beri judul “Yang penting
nyikat salafy walau ku tulis cerpen dengan judul Mengapa Kalian Rampas
Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya” ini yang pertama.
Yang
kedua: Dari penjelasan diatas maka lebih tepat cerpenmu kau
beri judul “Sebagian akhwat ikhwani memilih ikhwan salafi menjadi suaminya “dikarenakan
ketika mereka menikah dengan ikhwan
salafi, mereka telah memilih dan ridha
bahwa calon suaminya adalah seorang salafi dan siap menjadi salafiyah dan
mendapat penjelasan tentang kesesatan firqah (kelompok)ikhwanul muslimin.
Diantara salah satu kejadian nyatanya adalah apa yang dituturkan Oleh Abu
Tilmidz: “Adapun yg terjadi pada ana adalah ana mendapatkan biodata akhwat yang
rajin liqo dan ternyata ia juga meletakkan biodatanya di kajian Salafy dan
analah yang menerima, ana suka dan terjadilah pernikahan. Ketika taaruf ana
katakan bahwa ana adl salafy dan hendaklah ia mau menuntut ilmu, menghidupkan
sunnah, melahirkan anak2 pembela ulama, dan menjauhi bid’ah. Dan ternyata istri
ana setuju dan kini jadilah ia seorang Salafiyyin.” (pemberi komentar ke 7 pada
cerpen Ibnu Abd Muis).
Yang
ketiga: Wahai ibnu Abd Muis, berapa orang atau ikhwan salafy
yang engkau temui menikah dengan akhwat ikhwani, satu orang, atau dua, atau
tiga….atau, apakah ini keadaan ikhwan salafy secara umum…??!!!, jawabnya jelas tidak,
mungkin satu banding seribu, Lalu mengapa engkau memutlakkan dengan memberi
judul seakan – akan ini keadaan ikhwan salafi kalau bukan karena kebodohan dan
kebencianmu terhadap salafi, yang penting nyikat salafi walau jauh dari keadilan.
Dan itupun seperti pada penjelasan point pertama mereka yang memilih ikhwan
salafi dengan ridha dan senang bahwa calon suaminya adalah seorang salafi.
Berbeda ketika ahlus sunnah memperingatkan ummat terhadap firqah (kelompok)
ikhwanul muslimin yang engkau berada didalamnya. Mereka para ulama, masyaikh
dan penuntut ilmu memperingatkan dengan berbagai penyimpangan yang benar ada di
dalam firqah (kelompok) ikhwanul muslimin, atau kondisi secara umun dari firqah
(kelompok) yang engkau berada didalamnya. Kita ambil contoh, bahwa ikhwanul
muslimin jamaah yang melalaikan dakwah tauhid dan melalaikan dari
memperingatkan ummat dari syirik, inilah kondisi ikhwanul muslimin, di
Indonesia, Yaman, Mesir Aljazair dan lainnya.
Berkata Syaikh
‘Al ‘Alamah Al Muhadist Abdul Aziz Bin Baaz Rahimahullah: “Harokah Ikhwanul
Muslimin telah dikritik oleh para ahlul ‘ilmi (ulama-penj) yang mu’tabar
(terkenal) dikarenakan mereka tidak memperhatikan masalah da’wah kepada tauhid
dan mengingkari syirik serta bid’ah. Mereka mempunyai cara tersendiri yang
mengurangi semangat dalam dakwah kepada tauhid, dan tidak mengarahkan kepada
aqidah yang shahih yang dimana dakwah ahlus sunnah berada diatasnya. Maka
sewajibnya bagi Ikhwanul Muslimin untuk memperhatikan da’wah Salafiyah da’wah
kepada tauhid, mengingkari ibadah kepada kubur-kubur, ketergantungan kepada
orang mati dan meminta pertolongan kepada orang-orang yang sudah mati seperti
Hasan, Husein, Badawi dan sebagainya.Wajib bagi mereka untuk mempunyai
perhatian kepada perkara yang paling pokok ini, dengan makna Laa Ilaaha
Illallah Karena inilah pokok agama dan sesuatu yang pertama kali didakwahkan
oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam di kota Mekkah berdakwah kepada tauhid
kepada makna Laa ilaaha illallah, banyak dari kalangan ahlu ilmi (ulama –penj) mengkritik
ikhwanul muslimin dalam permasalahan ini. Yaitu tidak adanya semangat dalam
berdakwah kepada mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan ibadah kepadaNya. Dan
mengingkari apa yang dilakukan orang-orang bodoh dari ketergantungan kepada
orang mati dan memohon pertolongan kepadanya, bernadzar dan menyembelih kepada
mereka, yang merupakan perbuatan syirik besar. Demikian juga mereka dikritik
dengan tidak adanya perhatian kepada sunnah, kepada hadist yang mulia dan apa –
apa yang salaful ummah (Rasulullah dan para sahabatnya) berada diatasnya dari
hukum-hukum syariat” (Sebagaimana dalam majalatul Majalah edisi 806, dinukil
dari Jam’u Sataat fiima Kutiba ‘anil
ikhwaani Minal Mulaahadhoot, Syaikh Abdullah Bin Muhammad An Najmy : 21 )
Diantara buktinya para pembesar dan tokoh ikhwanul
muslimin terjatuh kepada kesyirikan.
Berkata
Syaikh ‘Al ‘Alaamah Ahmad Bin Yahya An Najmi Rahimahullah: Dan akan kami
sebutkan disini bahwa sebagian para pendiri mahnaj dakwah melakukan perbuatan
syirik, mengakuinya dan membolehkannya dari selainnya, kita ambil contoh: Hasan
Al Bana berkata di hari perayaan maulud Nabi pada malam hari pertama dari bulan
Rabiul Awal :
Inilah
kekasih bersama para kekasihnya telah hadir
Mengampuni
seluruh orang yang hadir dari dosa – dosa yang telah lalu
Dinukilkan
perkataan ini oleh saudara kandungnya Abdurrahman Al Bana didalam kitabnya, Ahdaasu sha’anat At Taarikh.
Maka tidak boleh kita untuk mengambilnya sebagai imam, dikarenakan
dia (Hasan Al-Bana -penj) menyakini bahwasannya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam hadir dalam perayaan maulud mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka,
demikianlah selainnya dari para pendiri (tokoh) manhajnya yang sebagian mereka
terjatuh kedalam perbuatan syirik atau menyetujui selain mereka atas perbuatan
syirik tersebut, disamping itu telah
hadirnya Hasan Al Bana di monumen
diantara monumen yang paling besar yaitu (Monumen syaidah Zaenab) tidak
mengucapkan satu kalimat dan satu hurufpun untuk melarang dari perbuatan syirik
kepada Allah.
Dan Umar Tilimsaani berkata: tidaklah didalam berdoa
kepada orang shaleh termasuk perbuatan syirik dan penyembahan terhadap berhala
bahkan merupakan tabiat. Dan selain demikian itu dari apa – apa yang
mempengaruhi mereka (At Ta’liqaatu ‘Ala
Al Ushulus Tsalasati Syaikh Ahmad Najmi Rahimahullah: 14)
Yang
keempat: Inilah engkau, seorang yang terdidik didalam manhaj
menyimpang yang tidak merasa berdosa dengan cerpen bohongmu ini, sebagiamana
yang telah engkau katakan:
“Ibn
Abd Muis, menjawab: Wa’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Cerita ini hanyalah
fiksi dan dilatarbelakangi dengan fakta yang terjadi di lapangan” (salah satu
jawaban ibnu Abd Muis terhadap salah satu pemberi komentar no 14 terhadap
cerpennya)
kenapa engkau menulis dengan sesuatu yang seakan-akan
engkau alami padahal tidak, apa namanya ini kalau bukan dusta alias bohong dan
fiksi. Berkata Syaikh ‘Al ‘Alaamah Al Faqih Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin
Rahimahullah: “Bohong adalah mengkhabarkan sesuatu yang menyelisihi kenyataan
baik itu dengan perkataan atau perbuatan” (Syarh
Riyadhus Shaalihin Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin, jilid 1 hal 135).
Kenapa engkau bermudah-mudahan dalam berbohong….!!! apakah karena yang penting
nyikat salafi engkau menghalalkan segala cara walau dengan cerpen bohonmu itu.
Naudzubillah. Tak ingatkah engkau atau engkau tidak tahu dalil – dalil tentang
larangan berbohong, apakah murobimu tidak mengajarkanmu untuk tidak berbohong,
kalau kondisimu seperti salah satu yang telah kusebutkan diatas penting bagiku
untuk membawakan sebuah hadist larangan untuk berkata dusta atau bohong.
Dari
Ibnu Masud Radiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda: “Bahwa kejujuran mengantarkan kepada kebaikkan, dan kebaikan mengantarkan
kepada surga dan bahwasannya seorang senantiasa berkata jujur sampai ditulis
disisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan bahwasannya kebohongan
mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan kepada neraka dan
bahwasannya seseorang senantiasa berkata bohong sampai ditulis disisi Allah
sebagai pembohong.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkata Syaikh Salim Bin Ied Al Hilali Hafidzahullah: “Faedah
dari hadist ini adalah peringatan dari berbohong dan bergampang-gampang
melakukannya dikarenakan bohong sebab dari seluruh kejelekkan” (Bahjatun
Naadzirin Syarh Riyadhus Shaalihin, jilid 1 hal 121)
Yang
Kelima: Kemungkinan sebagian kecil Ikhwan Salafi yang menikah
dengan akhwat ikhwani mereka melihat bahwa akhwat ini harus diselamatkan dari
jamaah ikhwanul muslimin yang penuh
dengan penyimpangan dan dia melihat serta merasa sanggup akan hal itu
dikarenakan respon dari akhwat yang akan dinikahinya menerima kebenaran
misalnya, atau siap menjadi salafiyah yang ditarbiyah dengan Al- Qur’an dan As
Sunnah diatas pemahaman salafus shalih, atau seorang akhwat yang telah tahu
kebenaran dan melihat penyimpangan jamaah ikhwanul muslimin yang dia berada
didalamnya. Seharusnya kalian merasa senang seorang mendapat hidayah dengan
meninggalkan jamaah ikhawanul muslimiin dan berpegang teguh kepada manhaj
salaf.
Bukankah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Tidak sempurna keimanan seseorang sampai mencintai untuk saudaranya, apa-apa
yang dicintai untuk dirinya” (HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas Bin
Malik Radiyallahu‘Anhu)
Sebagaimana kalian merasa senang mendapat hidayah maka
kalian seharus juga merasa senang jika ada akhwat ikhwani mendapat hidayah
dengan meninggalkan kesesatan jamaah Ikhwanul muslimin. Jadi sangat sesuai
sekali jika cerpenmu kau beri judul “Sebagian Akhwat Ikhwani Mendapat Hidayah
Dengan Sebab Menikah Dengan Ikhwan Salafy”
Judul Cerpen :
“Jika kalian benci manhajnya”
Maka kita katakan: Ya kami benci terhadap kemaksiatan,
penyimpangan dan kesesatan yang terdapat di manhaj ikhwanul muslimin,
diantaranya adalah:
Pertama:
Penyelisihan mereka terhadap manhaj dakwah para rasul, yaitu tidak memberikan
perhatian dakwahnya kepada tauhid dan memperingatkkan ummat dari perbuatan
syirik, inilah inti dakwah para Rasul. Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ
أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk
setiap ummat (untuk mendakwahkan) sembahlah Allah dan jauhilah thagut.” (Qs. An-Nahal:
36) Berkata Syaikh Al-‘Alaamah Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah: “Faedah yang
dapat diambil dalam ayat ini bahwasannya hikmah dari diutusnya para Rasul
adalah dakwah kepada tauhid dan melarang dari perbuatan syirik” (Al Mulakhos Syarh Kitab Tauhid: 11)
Kedua:
Berdakwah dengan cara-cara bid’ah, berdakwah dengan partai, musik, drama dan
film. Jika sebuah ibadah seperti dakwah dilakukan dengan tidak sesuai dengan
tuntunan Nabi, maka amalannya tertolak.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa
yang beramal dengan sesuatu yang bukan dariku maka amalannya tertolak” (HR.
Muslim dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘Anhu)
Cerpen:
Seperti minggu sore kemarin, syura’ rutin
DPRa di Kantor DPC. Agak Bete sedikit memang, tapi bukan karena bahasan
syuranya, seperti biasa lah, selalu ada saja yang disewotin.
Maka kita katakan: Inilah buah dan imbas dari demokrasi,
partai dan kesibukkan yang ada didalamnya, yang penulis (Ibnu Abd Muis) berada
didalamnya. Naudzubillah dari
demokrasi dan pemilu sebuah sistem dan ideologi yang bukan dari islam.
Cerpen :
“Kenapa akh, dari tadi keliatan agak bete
ghitu”, Tanya Ridwan, ketua DPRa, “Ada masalah?”, tanyanya lagi.
“Mba Nilam kemana, abis nikah kok nggak
nongol-nongol?”
“Ada urusan keluarga kali, soalnya nggak ada
kabar ke ana”, jawab Ridwan singkat.
“Dikerem suaminya kali ya?”, tanyaku polos.
“Astaghfirullah, mana ana tahu akhi. Lagian
apa urusan kita terhadap mereka”, sergah Ridwan kepadaku.
“Kayanya kejadiannya bakalan sama seperti
ukhti Intan tuh”, tandasku lagi.
“Antum ini ngomong apa sih”, Tanya Ridwan
bingung. “Nggak jelas juntrungannya, ana nggak ngerti maksud pembicaraan
antum.”
“Iya, mulai dari Ukhti Intan, kemudian Mba
Nilam, siapa yang sibuk coba, bantuin mereka ngurusin pernikahannya?”, tanyaku
ke Ridwan yang cuma makin bingung dengan ulahku.
“Astaghfirullah, akhi.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), (Qs. Al-Baqarah: 264)
Maka kita katakan:
Wahai Ibnu Abd Muis kenapa engkau tidak menerima nasehat dari temanmu untuk
tidak menyebut nyebut kebaikkanmu membantu repsepsi pernikahan, malah bangga
kau tulis dan kau pampang di internet. Naudzubillah. Bukankah kau tahu hal itu
akan menghilangkan pahala kebaikanmu. Berkata Ibnu Katsier Rahimahullah : Tentang
ayat diatas: “Dikhabarkan bahwa shadaqah dibatalkan pahalanya jika diikuti
bersama shadaqah tersebut dari menyebut-menyebutnya dan menyakiti penerima.”
(Tafsir ayat Al Baqarah ayat 264)
Berkata Syaikh As-Sa’di Rahimahullah : “…Di dalam ayat
ini terdapat penjelasan bahwa menyebut – nyebut shadaqah dan menyakiti penerima
membatalkan pahala shadaqah, berdalil dengan ayat ini bahwa amal kejelekkan
membatalkan amal kebaikkan.” (Taisirul karimurrahman Rahman pada ayat ini)
itupun kalau benar ceritamu adapun kalau sekedar fiksi
dan bohong itulah engkau seorang pembohong,
Dari Ibnu Masud Radiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Bahwa kejujuran mengantarkan kepada
kebaikkan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga dan bahwasannya seorang
senantiasa berkata jujur sampai ditulis disisi Allah sebagai seorang yang
jujur. Dan bahwasannya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan
mengantarkan kepada neraka dan bahwasannya seseorang senantiasa berkata bohong
sampai ditulis disisi Allah sebagai pembohong ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cerpen :
Kok antum masih ungkit itu lagi sih. Kan kita
sudah sepakat nggak akan bahas itu terus,” jelas Ridwan yang sepertinya sudah
paham maksud kebawelanku.
“Ana sudah nggak tahan. Mungkin Mba Nilam
adalah yang terakhir buat ana,” celotehku lagi.
“Maksudnya akhi?” tanya Ridwan.
“Ana janji, ana nggak akan bantuin akhwat
manapun jika mereka nikah sama ikhwan Salafy!”, teriakku kesal.
“Loch, memangnya kenapa?”
“Ya, antum sendiri lihatkan. Waktu nikah,
yang sibuk itu kita. Boro-boro ada ikhwah Salafy yang mau ikutan bantuin
temennya nikah. Udah gitu, setelah mereka jadi nikah, seperti biasa, si akhwat
nggak boleh lagi terlibat aktivitas kita,” jawabku dengan nada tinggi.
Maka kita katakan: Santai saja wahai Ibnu Abd muis jangan
marah gitu dong….Tak ingatkah engkau sebuah hadist atau engkau hanya ingat lagu
atau album dari team nasyid Snada atau Brothers, kalau begitu ku hadirkan
sebuah hadist Dari Abu Hurairah, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassalam berilah aku nasehat, bersabda Rasulullah: “janganlah kamu
marah” laki-laki tersebut mengulangi lagi perkataannya (berilah aku nasehat),
Rasulullah bersabda jangan lah kamu marah “ (HR. Bukhari). Kalau pada
kenyataannya ada seorang akhwat ikhwani yang menikah dengan ikhwan salafi itu
merupakan takdir Allah, apalagi banyak dari mereka malah kenal manhaj yang haq
dan mengetahui penyimpangan ikhwanul muslimin yang dulu dia berada didalamnya.
Dan saya berharap ceritamu membantu repsesi pernikahan bukan sebuah kebohongan
darimu tetapi kalau itu sebuah kebohongan itulah engkau yang terbiasa dengan
hal itu.
“Ibn Abd Muis, menjawab: Wa’alaikum Sallam
warahmatullahi wabarakatuh, Cerita ini hanyalah fiksi dan dilatarbelakangi
dengan fakta yang terjadi di lapangan “ (salah satu jawaban ibnu Abd Muis
terhadap salah satu pemberi komentar no 14 terhadap cerpennya)
Cerpen:
“Antum nggak boleh gitu akhi. Nggak semuanya
seperti itu kok. Itu buktinya si Abu Zainuddin. Nanti jadi sia-sia loch apa
yang sudah diamalkan kemarin,” seloroh Ketua DPRaku khawatir.
“Iya, kalau Abu Zainuddin mah nggak usah
diomongin. Beliau itu udah the bestnya salafy dech, beda banget.
Maka kita katakan :
Ana berharap Abu Zainuddin bukan tokoh bayangan tanpa
hakekat, tokoh fiksi dan hayalan, sebagaimana Ibnu Abd Muis melandasi cerpennya
ini dengan kebohongan
“Ibn
Abd Muis, menjawab: Wa’alaikum Sallam warahmatullahi wabarakatuh, Cerita ini
hanyalah fiksi dan dilatarbelakangi dengan fakta yang terjadi di lapangan” (salah
satu jawaban ibnu Abd Muis terhadap salah satu pemberi komentar no 14 terhadap
cerpennya)
. Kenapa tidak kau sebut ada seseorang yang diam terhadap
penyimpangan ikhwanul muslimin tetapi dia mengaku salafi, kenapa harus bohong
dengan cerpenmu ini. Dan apa yang engkau inginkan dengan perkataan the best
salafy apakah dengan masihnya Abu Zainuddin atau yang semisalnya membiarkan
istrinya bergabung dengan aktivitas ikhawanul
muslimin atau tidak melarang atau memperingatkan dari kesesatan ikhwanul
muslimin atau masih bermesraannya dengan firqah ini, jika kondisinya seperti
ini justru di pertanyakan kesalafiannya,
jangan-jangan hanya sekedar pengakuan
tanpa hakekat atau sekadar julukan yang engkau berikan. Seoarang salafi adalah
seorang yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman
Salafus Shalih, dan berusaha menjaga agama ini dari yang mengotorinya dari
keyakinan-keyakinan sesat atau bid’ah dan hizbiyah dan diantara kesesatan
adalah manhaj Ikhwanul Muslimin, maka wajib bagi seorang salafi untuk
menjelaskan kepada ummat tentang kesesatan ikhwanul muslimiin. Sebagai nasehat
untuk kaum muslimin dan sebagai bentuk amar ma’ruf nahi mungkar.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ
هُمُ المُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Qs. Ali Imran : 104)
Dari Abu Ruqayah Tamiim Bin Aus Ad-Daari bahwa Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassam bersabda : “Agama adalah nasehat” kami (para sahabat)
berkata untuk siapa wahai Rasulullah, Rasulullah berkata: untuk Allah, Rasul
Nya kitabNya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin seluruhnya” (HR.
Muslim)
Dari Abu Said Al-Khudry Radiyalallahu ‘Anhu berkata,
Bahwasanya Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassam bersabda: “Barangsiapa
diantara kalian melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya,apabila tidak
mampu maka ubalah dengan lisannya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya demikian
itu selemah-lemah iman” (HR. Muslim)
Cerpen :
Tapi, kenapa sich, mereka mau menikahi akhwat
tarbiyah? Memangnya mereka nggak punya stock akhwat apa? Kalau mereka benci
manhajnya, seharusnya mereka benci akhwatnya juga dong!”, teriakku lagi sambil
nahan marah.
Maka Kita katakan :
Kalau stock Insya Allah banyak, lagian sebagian akhwat
ikhwani yang memilih dan ridha untuk menjadi istri dari sebagian kecil ikhwan
salafi. Kalian seharusnya berpikir kenapa sebagian akhwat tarbiyah senang kepada
ikhwan salafi, mungkin saja karena melihat ikhwan ikhwani sudah ditarbiyah
bertahun-tahun masalah tauhid yang menjadi pondasi agama ini saja ngga tahu,
ditanya dimana Allah ngga bisa jawab dengan benar atau bertahun – tahun
ditarbiyah tanpa rasa malu berfoto-foto di air terjun ketika rihlah, seharusnya
kalian sadar dan berpikir apa yang kalian dapat dari dien ini selama berada
dalam fiqqah (kelompok) ikhwanul muslimin.
Cerpen :
Ridwan, ketua DPRaku cuma miris dan berkata
“Antum nggak boleh gitu akhi.
‘Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.’ (Qs. Al Hujarat : 12 )
Mungkin memang sudah jodohnya. Mau dengan
Salafy, mau dengan ikhwan tarbiyah, atau mau dengan yang ammah sekalipun, kalau
sudah jodohnya, ya mereka pasti akan menikah, kalau Allah sudah berkehendak,
mau ditolak bagaimana?”.
Maka kita katakan :
Allah Ta’ala berfirman
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ
خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“sungguh Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdirnya.
” (Qs. Al Qamar : 4)
Cerpen :
“Gini-gini loch akh. Maksud ana, ana nggak
habis pikir aja. Kan mereka sebut kita ahlul bid’ah. Dan ahlul bid’ah itu
menurut mereka lebih sesat dari ahlul maksiat. Tapi kenapa mereka malah mencari
akhwat tarbiyah yang jelas-jelas ahlul bid’ah menurut mereka. Ini yang ana
nggak ngerti,” tanyaku panjang lebar.
Maka kita katakan :
Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim, bahwa
syaithan mempunyai tahapan dalam menggoda manusia, pertama syaithan menggoda
manusia untuk berbuat syirik dan kekufuran, kemudian jika manusia tidak tertipu
maka digoda dengan perbuatan bid’ah, jika tidak tergoda juga maka syaithan
beralih menggodanya dengan dosa besar
dan seterusnya, bid’ah sesuatu yang lebih besar dosanya daripada maksiat dan
lebih disenangi oleh syaithan, dikarenakan pelaku bid’ah merasa berada diatas
kebenaran adapun pelaku maksiat, sadar bahwa diri berbuat maksiat.
Adapun Manhaj ikhwanul muslimin adalah manhaj bidah bukan
dari ahlus sunnah, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama.
Diantaranya Syaikh Al-‘Alaamah Hamaad Bin Muhammad Al Anshari Rahimahullah
pernah ditanya apakah jamaah ikhwan dan tabligh termasuk dari Ahlu Sunnah ?
Syaikh Menjawab, “Seluruh orang yang berada diatas pemikiran yang menyelisihi
Ahlus Sunnah maka bukan termasuk dari mereka, Jama’ah Ikhwan dan tabligh
bukanlah termasuk dari ahlus sunnah dikarenakan mereka berada diatas pemikiran
yang menyelisihi ahlus sunnah” (Dinukil dari Ar Risalah Al Kubra Ila Akhi Al Muntadzim fi Jama ‘atil Ikhwanil
Muslimin, Syaikh Ali Rajihi Hal ; 152)
Syaikh Al-‘Alaamah
Al Muhadist Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i Rahimahullah ketika ditanya, apakah
Ikhwanul Muslimin termasuk Ahlus Sunnah? Berkata Syaikh Rahimahullah: “Ikhwanul
Muslimun manhaj mereka bukan manhaj ahlus sunnah, adapun perorangan dari mereka
ada yang tersamar atas mereka dari penyimpangan ikhwanul muslimun, tidak bisa
kita memutlakkan setiap perorangan dari mereka bahwasannya dia bukan ahlus
sunnah” (Dinukil dari Ar Risalah Al Kubra
Ila Akhi Al Muntadzim fi Jama ‘atil Ikhwanil Muslimin, Syaikh Ali Rajihi
Hal ; 152)
Cerpen :
“Akhi, tidak ada yang memungkiri, akhwat
tarbiyah itu sangat militan dalam berdakwah. Kesibukan apapun yang menyertai
mereka. Kuliah, kerja atau ngurus keluarga. Kalau sudah panggilan dakwah, pasti
mereka kejar. Hijab dan busana muslim yang panjang tidak menyurutkan gerak
gesit mereka,” jelas Ridwan santai
Maka Kita Katakan :
Kami tidak memungkiri bahwa akhwat tarbiyah jauh dari tarbiyah yang shahih,
jauh dari ilmu
dien yang benar, sehingga mereka ditarbiyah diatas kebodohan dan
penyimpangan yang ada di manhaj ikhwanul muslimin, sehingga semangat dan
“kemilitanannya” tidak terarah dengan ilmu. Diantara mereka semangat walau
disuruh bermaksiat kepada Allah dengan berdemo dan unjuk rasa, diantara mereka
semangat untuk berkampanye walau ikhtilat menjadi keharusan, diantara mereka
semangat untuk rihlah kepuncak di luar kota walau dengan safar tanpa mahram,
bahkan diantara mereka semangat walau harus pergi ke bioskop untuk nonton film
Fatahila. Innaalillahi Wainnaailaihi Raajiuun, inilah sebagian dosa ikhawnul
muslimin terhadap muslimah.
Cerpen :
“Jadi itu alasan mereka menikahi akhwat
kita?”, tanyaku sewot.
“Akhwat kita?” tanya Ridwan sambil manyun.
“Ngaku-ngaku akhwat kita, sembarangan. Nanti dimarahin bapaknya para akhwat
baru tau rasa loch.”
“Bukan, bukan itu. Maksud ana akhwat
tarbiyah,” sergahku cepat “Tapi pasti ada alasan lain, kenapa mereka lebih
senang merampas akhwat tarbiyah dibandingkan akhwat salafy?”.
Maka Kita katakan :
Itulah keadaan Ibnu Abd Muis yang sembarangan, cerpen ini
menunjukkan kesembarangannya.
Perkataannya
yang mengatakan Ikhwan salafi
lebih senang dan merampas akhwat ikhwani bukti lain yang menunjukkannya
kesembarangan sekaligus kebodohannya.
Merampas dari mana wahai Ibnu Abd muis…??!!, mereka
(sebagian dari akhwat ikhwani) yang senang dan ridha menikah dengan Ikhwan
salafi. Bukankan telah saya singgung diatas bahwa seorang wanita tidak dipaksa
didalam permasalahan menikah, bukankah makna merampas mengambil sesuatu secara
paksa tanpa keridhaannya, bukankah sebagian akhwat tarbiyah yang memilih dan
ridha bahwa calon suaminya seorang salafi, sebagaimana yang dialami oleh Abu
Tilmidz : “Adapun yg terjadi pada ana adalah ana mendapatkan biodata akhwat
yang rajin liqo dan ternyata ia juga meletakkan biodatanya di kajian Salafy dan
analah yang menerima, ana suka dan terjadilah pernikahan. Ketika taaruf ana
katakan bahwa ana adl salafy dan hendaklah ia mau menuntut ilmu, menghidupkan
sunnah, melahirkan anak2 pembela ulama, dan menjauhi bid’ah. Dan ternyata istri
ana setuju dan kini jadilah ia seorang Salafiyyin ” (pemberi komentar ke 7 pada
cerpen Ibnu Abd Muis). Tak tahukah engkau wahai Ibnu Abd Muis, tentang sebuah
hadist yang menjelaskan tentang hal itu.
Dari Abu Hurairah Radiyalallahu ‘Anhu bahwasanya Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Tidak dinikahkan seorang janda sampai
diminta persetujuaannya (harus ada
perkataan yang jelas –penj), tidak dinikahkan seorang perawan sampai
diminta izinya, mereka (para sahabat) berkata : bagaimana izinnya bersabda
Rasulullah : diamnya” (HR: Bukhari dan Muslim)
Berkata Syaikh ‘Al ‘Alaamah Shaleh Al-Fauzan
Hafidzahullah: “Hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada paksaan bagi wanita baik
itu perawan atau janda dan orang yang membedakan antara perawan dan janda bahwa
mereka berkata : Perawan walinya dapat memaksanya dan janda tidak ada paksaan
atasnya, pembedaan yang mereka katakan itu tidaklah benar” (Tashiilul Ilmaam Bifiqhil Ahaadist Min
Bulugil Maram, Jilid 4 Kitab Nikah, hal 328 ), kenapa engkau memberi judul
dengan kata merampas kalau bukan karena kebodohan dan kebencianmu terhadap
salafi, tidak terlalu heran bagiku kalau engkau bisa berbuat dan memberi judul
seperti ini yang penting nyikat salafi, untuk berbuat lebih dari ini saja
sangat memungkinkan.
Berkata
Syaikh Abdullah Bin Muhammad bin Husain An Najmi Hafidzahullah: Dan diantara
yang menunjukkakn bahwa musuh mereka (ikhwanul Muslimin) adalah para muwahid
salafiyiin pembunuhan yang mereka lakukan terhadap Syaikh Jamilurrahman Af-Ghani
Salafy dan pengikutnya dan menceraiberaikan sebagian dari mereka karena
keistiqamahan serta pengajaran mereka terhadap kitab tauhid dan menyebarkan
dakwah salafiyah.” (Jam’u Sataat fiima
Kutiba ‘anil ikhwaani Minal Mulaahadhoot, Syaikh Abdullah Bin Muhammad An
Najmy: 21, Taqdim Syaikh Ahmad An Najmi Rahimahullah)
Adapun perkataanmu bahwa kenapa mereka lebih senang,
siapa yang lebih senang untuk menikahi mereka (akhwat tarbiyah) apakah dengan
kondisi tidak pahamnya aqidah sebagian besar para akhwat tarbiyah bahkan secara
umum menjadikan ikhwan salafi lebih senang dengan mereka. Padahal Allah Ta’ala
berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan tidaklah aku menciptakan Jin dan Manusia
kecuali hanya untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ
أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah
Thogut” (QS. An-Nahl : 36)
Bagaimana mereka tidak tahu, sebuah ilmu yang dengan
sebab itu mereka diciptakan dan merupakan inti dakwah para Rasul.
Bagaimana
mereka tidak tahu perkara yang pertama kali diwajibkan atas nya untuk dia
pelajari. Berkata Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuuri, salah seorang ulama yaman, “Apabila
ditanyakan kepadamu apa yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba, maka
jawablah mempelajari Tauhidullah azza wa jalla dan dalilnya adalah hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata,
ketika Nabi mengutus Muadz Bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu berkata ke Yaman
berkata Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam: “Sesungguhnya kamu akan mendatangi
sebuah kaum dari ahlu kitab, maka yang pertama kali kamu dakwahkan adalah
supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala”. (Hadist Mutafaq ‘alahi dan ini lafadz
Bukhari–Kitab Mabadiul Mufidah fi Tauhid wal Fiqh wal Aqidah Syaikh Yahya
al-Hajuri: 8)
Apakah dengan kondisi akhwat tarbiyah terjatuh kepada
bid’ah maulud, partai dakwah, berdakwah dengan nasyid menjadikan ikhwan salafi
lebih senang kepada mereka, padahal Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam: “Barangsiapa
yang beramal dengan sesuatu yang bukan dariku maka amalannya tertolak” (HR.
Muslim dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘Anhu)
Apakah dengan kondisi terjunnya akhwat tarbiyah
kedemokrasi, kampanye pemilu dan partai
menjadikan ikhwan salafi lebih “tertarik”
kepada mereka. Padahal Allah Ta’ala
berfirman
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا
لِلَّهِ
“Hukum (keputusan) itu hanyalah milik Allah “ (Qs. Yusuf
: 40 )
Bukankah demokrasi adalah hukum atau keputusan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Berkata Syaikh Yahya Bin Ali Al Hajuri
Hafidzahullah” apabila dikatakan kepada kamu apa hukumnya demokrasi? Maka
katakanlah hukum demokrasi syirik akbar (besar) dan dalilnya adalah Firman
Allah
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا
لِلَّهِ
“Hukum (keputusan) itu hanyalah milik Allah ” (Qs. Yusuf
: 40 )
وَلا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ
أَحَدًا
“Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu Nya
dalam menetapkan hukumnya “ ( Qs. Al Kahfi : 26 ) ” ( Kitab Mabadiul Mufidah fi
Tauhid wal Fiqh wal Aqidah Syaikh Yahya al-Hajuri : 29 )
Bukan Allah Ta’ala berfirman, membedakan orang beriman
dari orang kafir, orang berilmu dengan orang bodoh
أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا
كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لا يَسْتَوُون
” Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik
(kafir)? Mereka tidak sama ” ( Qs. As Sajdah : 18 )
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا
أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ
الْحِسَابِ
“Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang
diturunkan Rabb kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang buta? Hanya orang
berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (Qs. Ar Ra’d : 19)
Bukankah pemilu menyamakan orang beriman dengan orang
kafir, ulama dengan orang bodoh, orang shaleh dengan orang fajir, wanita
sholehah dengan wanita nakal dengan memiliki satu suara, padahal Allah Taiala
membedakan antara orang beriman dan orang kafir, orang berilmu dan orang bodoh,
ini menunjukkan bahwa pemilu bertentangan dengan syariat islam.
Apakah dengan kondisi akhwat tarbiyah sering
berdemonstrasi, turun kejalan untuk berunjuk rasa menyebabkan ikhwan salafi
menjadi senang dengan mereka padahal Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia termasuk dari
golongannya” (HR. Abu Daud di shahihkan Syaikh Al Bani Rahimahullah dari
Sahabat Ibnu Umar Radiyallahu ‘Anhu) bukankah demonstrasi adalah produk dan
caranya orang kafir, lalu mengapa mereka tasyabuh dengan orang-orang kafir.
Apakah dengan kondisi safarnya tanpa mahram ketika rihlah
kepuncak menjadikan ikhwan salafi senang dengan mereka, bukankah Rasulullah
Shalallahu “Alaihi Wassalam Bersabda: “Tidak boleh seorang wanita safar
(diucapkan 3 kali) kecuali bersama mahram” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Umar Radiyallahu ‘Anhu). Maka kita
katakan, kita menginginkan seorang istri yang sholehah. Yang taat kepada Allah
dan Rasul Nya, menjauhi kesyrikan, bid’ah, demokrasi, pemilu, partai dan
kemaksiatan lainnya.
Adapun jika mereka bertaubat kepada Allah dengan taubatan
nashuha (sebenarnya), meninggalkan jama’ah ikhwanul muslimin dan berpegang
teguh kepada manhaj ahlus sunnah wal jama’ah. Maka bagi mereka adalah ayat ini
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ
وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ
وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا
” Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan
mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikkan.
Allah Ghafuuran (yang maknanya Maha Pengampun) dan Rahiiman (lagi Maha
Penyayang ) ” (Qs. Al Furqan : 70)
Cerpen :
“Waduh, merampas, kesannya kasar banget.
Jangan gitu akhi. Kalau alasan kenapa mereka tidak memilih akhwat salafy, ana
tidak tahu, mungkin memang kurang stock?” jawab Ridwan.
“Atau mungkin karena ekstrim juga!?”,
timpalku langsung.
“Hush!!! Sembarangan!”, cegah Ridwan atas
komentarku.
Maka Kita katakan :
Siapa yang mengatakan kami tidak memilih akhwat salafi,
secara umum ikhwan salafi menikah dengan akhwat salafi. Adapun kurang stock
insya Allah tidak, diantara buktinya banyak dari ikhwan salafi yang menjalankan
sunnah poligami. Perkataan Ibnu Abd Muis ” Atau mungkin karena ekstrim juga”
ini salah satu bukti lagi atas kesembarangan Ibnu Abd Muis, yang ana ngga habis
pikir cerpen ngawur kaya gini sudah gitu ditulis oleh orang sembarangan banyak
dipasang di bolg-blog ikhwani..!! Innaalillahi wainnailaihi Raajiuun
Wahai Ibnu Abd Muis kalau bicara itu yang benar, jangan melemparkan istilah kepada akhwat yang
konsiten terhadap agamanya, memakai hijab dan cadar dengan ekstrim. Kenapa ngga
mengunakan dengan istilah iltizam atau istiqamah atau istilah yang syar’i lainnya.
Ini yang pertama. Yang kedua: jangan engkau samakan akhwat salafi dengan akhwat
ikhwani, dimana letak persamaannya akhwat salafi tidak mendengar nasyid adapun
akhwat ikhwani tidak hanya dengar bahkan sebagian dari mereka ada yang
mendatangi konsernya, akhwat salafi tidak pernah berdemo adapun akhwat ikhwani
jangan tanya, akhwat salafi tidak sibuk dengan demokrasi, pemilu dan partai
adapun akwat ikhwani kalian tahu sendiri bahkan ada calon legeslatif
darinya….!!!
Cerpen :
“Assalamu’alaikum”, tiba-tiba terdengar suara
dari arah pintu.
“Wa’alaikum salam ustadz. Ana fikir ustadz
sudah pulang. Afwan, kita terlalu rame ya?” jawabku spontan atas sapaan salam
ustadz Azri, ketua DPC kami yang tiba-tiba keluar dari balik pintu secretariat.
“Hemm… afwan dari tadi ana mencuri-curi
dengar sambil senyum di dalam,” selorohnya pada kami sambil ikut duduk di
bangku bambu tepat di sebelah kiriku. “Sepertinya seru juga diskusinya,”
lanjutnya lagi,”Memang tidak ada habisnya kalau membicarakan salafy”. Aku cuma
senyum, agak sedikit malu karena kesewotanku didengar beliau.
“Begini akhi, apa yang sudah akhi Ridwan
katakan itu benar, akhwat tarbiyah itu memang super. Tapi kalau mereka kurang
stock akhwat ana juga nggak yakin. Apalagi kalau alasannya seperti yang antum
omongin tadi. Yang pasti, kemungkinan alasannya, ini pun baru menurut ana loch.
Karena seorang yang telah tarbiyah dan telah mengikuti amal jama’i di dalam
jamaah ini, yang telah tahu karaktristik manhaj ini dengan baik dan mendalam,
selalu berhusnudzan terhadap qiyadah, pasti telah memiliki pondasi yang bagus
tentang keislaman mereka. Mulai dari Al-Qur’an dan ulumul Qur’an, Hadist dan
ulumul hadits, Aqidah Islam, Fiqih, Sirah, akhlaq, kepribadian muslim, dan lain
sebagainya. Belum lagi ditambah dengan materi-materi yang berhubungan dengan
pengembangan diri mereka, seperti bagaimana mengelola waktu, bagaimana
berkomunikasi efektif, managemen organisasi, urgensi kaderisasi dan lain-lain.
Tak ketinggalan sampai kepada pembahasan
dakwah dan pemikiran islam serta materi yang membahas social kemasyarakatan.”
“Intinya mah tinggal poles dikit gitu ya
ustadz?”, timpalku lurus.
Ustadz Azri cuma senyum denger ucapanku,
“Itupun baru tarbiyah tingkat pemula loch
Maka Kita Katakan
Duh…., jauh sekali ustadz dengan kenyataannya, walau
sudah ditarbiyah bertahun-tahun masalah yang paling pokok saja mereka tidak
tahu, Allahu Mustaa’an, apalagi mengetahui ilmu Al Qur’an, bagaimana, mereka
mengetahui ilmu Al Qur’an kalau secara umum murobbi mereka menafsiri Al Qur’an
semaunya, menurut akalnya, karena mereka tidak ihtimam (memberikan perhatian
yang sangat) kepada Ilmu Al Qur’an Dan As-Sunnah, mereka sibuk dengan berita,
politik dan yang lain. Mereka tidak tahu kalau Al Qur’an itu harus ditafsiri
dengan Al Qur’an atau dengan sunnah atau dengan perkataan sahabat dan tabiin
atau dengan lughah (bahasa) (silahkan lihat penjelasan ini di Ushulut Tafsir Ibnu Utsimin), apalagi
ilmu hadist, orang para ustadz dan murobinya saja ngga ihtimam bagaimana
mad’unya, minimal mereka tahu perbedaan antara hadist shahih dan dhaif dan
memberikan perhatian kepadanya didalam ilmu amal dan dakwahnya, Ini yang tidak
ada di firqah ikhwanul muslimin, walau sudah tahunan ditarbiyah. Sampai perkara
aqidah saja mereka lalaikan, sudah tahunan ditarbiyah ditanya Allah berada
dimana, ngga bisa jawab dengan benar, pengertian tauhid dan pembagiannya saja
ngga tahu. Apalagi fiqih begitu juga sirah yang shahih (yang benar) mereka jauh
darinya. Kalau akhlaq, dengan melalaikan tauhid dari pengilmuan menyebabkan
mereka terjatuh kepada pelanggaran tauhid apakah bisa dikatakan mempunyai
akhlaq yang baik kepada Allah, terjatuh
nya mereka kepada bidah partai, maulud dan tidak I’tibanya mereka dalam
berdakawah menunjukkan akhlaq mereka kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam perlu dibenahi, tasyabuhnya mereka dengan orang kafir dengan
berdemokrasi dan demostrasi, begitu juga sering nyanyi ala sufiyah (baca
-nasyid ) bahkan dengan membuat konser nasyid menunjukkan jauhnya mereka dari
kepribadian seorang muslim. Inilah buah dari tarbiyah ikhwani.
Adapun yang berkaitan dengan mengelola waktu, apakah bagi
kalian baiknya seseorang dalam mengelola waktu dengan membagi, waktu untuk
demonstarsi, waktu untuk bernasyid, waktu untuk berkampanye dengan melalaikan
dari ilmu dan kewajiban agama lainnya. Innaalillahi Wainnaailahi Raajiuun
Cerpen :
Kalau seluruh kader sabar dalam halaqahnya,
pasti mereka menjadi muslim mandiri. Tidak malas-malasan. Kritis. Rajin
menghadiri kajian Islam. InsyaAllah, mereka jadi kader sejati, yang tidak mudah
terombang-ambing.”
Maka kita katakan :
Orang yang tidak ditarbiyah dengan Al-Qur’an dan As
Sunnah dengan pemahaman salafush shalih adalah orang yang paling mudah
terombang ambing.Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
“Aku tinggalkan bagi kalian, jika kalian berpegang teguh diatasnya kalian tidak
akan tersesat setelahku, yaitu kitabullah dan sunnahku” (HR. Hakim dishahihkan
Oleh Syaikh Al Al Bani).
Berkata Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Husain An Najmi
: “Dan sesungguhnya pokok kesesatan ikhwanul muslimin dan selainnya dari
manhaj-manhaj dakwah adalah disebabkan jauhnya dari kitabullah, sunnah
Rasulullah Shalallahu “Alaihi Wassalam dan dari petunjuk salaful ummah serta
mengikuti hawa ” (Jam’u Sataat fiima Kutiba
‘anil ikhwaani Minal Mulaahadhoot, Syaikh Abdullah Bin Muhammad An Najmy :
98, Taqdim Syaikh Ahmad An Najmi Rahimahullah )
Wahai…Ibnu Abd Muis lihatlah para tokoh kalian terombang
ambing dalam kesesatan, seperti Hasan Al Bana tersesat didalam kelamnya
kesyirikan dan bidah ketika dia mengucapkan bahwa nabi Muhammad dapat
mengampuni dosa diacara maulud, kesesatan selainnyapun dia lakukan, Sayid
Quthub tenggelam di kelamnya kesesatan pemahaman takfir sebagaimana yang
dikatakan oleh para tokoh mereka sendiri, adapun Said Hawa teracuni bidahnya
tasawuf, kalau Qardawi termakan oleh kesesatan demokrasi, membolehkan musik,
gambar dan lainnya.
Cerpen :
“Oh, gitu ya ustadz”, tanyaku takjub, “Loch,
lantas kenapa orang-orang Salafy yang ana temui, sebagian besarnya bercerita
bahwa mereka mantan tarbiyah,” timpalku lebih lanjut.
Maka aku katakan :
Termasuk ana mantan tarbiyah, Al hamdulillah ana keluar
dari ikhwanul Muslimin dan mengenal manhaj salaf. Semoga Allah memberikan
keistiqamahan kepada ana dan semoga Allah selalu memberikan taufiq kepada ana
dan seluruh ahlus sunnah untuk memperingatkan ummat dari kesesatan jama’ah
ikhwanul muslimin dan dari kesesatan jama’ah yang lainnya ikhlas mencari
keridhaan Nya semata.
Cerpen :
“Coba dech, antum perhatikan. Sebagian mereka,
apakah mantan tarbiyah, atau mantan Jamaah Tabligh atau mantan jamaah lainnya.
Pasti ceritanya selalu tentang kekurangan. Ya, merekalah orang-orang yang
selalu melihat kekurangan yang dimiliki orang lain
Maka kita katakan :
Bukan kekurangannya tapi kesesatannya, wajib bagi kita
yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan kesesatan ikhwanul muslimin, jama’ah
tabligh, hizbut tahrir dan yang lainnya sebagai nasehat untuk umat.
Dari Abu Ruqayah Tamiim Bin Aus Ad-Daari bahwa Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassam bersabda : “Agama adalah nasehat” kami (para sahabat)
berkata untuk siapa wahai Rasulullah, Rasulullah berkata: untuk Allah, Rasul
Nya kitabNya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin seluruhnya “ (HR.
Muslim)
Cerpen :
Mereka belum paham karakteristik dari
tarbiyah itu sendiri
Maka kita katakan
Perkataan ini sangat cocok dialamatkan untuk kalian yang
tidak paham dan memberikan perhatian terhadap inti dakwah para Rasul, yaitu
mendakwahkan kepada tauhid dan memperingatkan ummat dari perbuatan syirik,
kepada perkara inilah serta syariat yang lainnya ummat ditarbiyah. Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ
أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
” Dan sunnguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk
setiap ummat (untuk mendakwahkan) sembahlah Allah dan jauhilah thagut ( Qs. An
Nahal : 36 ) Berkata Syaikh ‘Al ‘Alaamah Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah: “Faedah
yang dapat diambil dalam ayat ini bahwasannya hikmah dari diutusnya para Rasul
adalah dakwah kepada tauhid dan melarang dari perbuatan syirik “ ( Al Mulakhos
Syarh Kitab Tauhid : 11 )
Lihat wahai Ibnu Abd Muis..kepada tauhid bukan kepada
demostrasi bukan kepada pemahaman khawarij, bukan kepada nasyid bid’ah ala
sufiyah, partai, cerpen fiksi, perkataan para politikus dan hal yang tidak
bermanfaat lainnya.
Cerpen :
Mereka adalah orang-orang yang tidak shabar
Maka kita katakan
Keshabaran adalah dengan mentaati Allah dan Rasul Nya,
dengan meniti jalan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul Nya didalam ilmu
amal dan dakwah, Al Hamdulillah salafi insya Allah orang yang shabar karena
mereka berpegang teguh terhadap Al Qur’an dan As Sunnah atas pemahaman salafus
shalih didalam ilmu, amal dan dakwah. Karena kami yakin tidak akan jaya ummat
ini kecuali dengan apa yang menjadikan umat terdahulu menjadi jaya, yaitu
dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As Sunnah diatas pemahaman mereka. Ihtiman dengan dakwah tauhid dan
memperingatkan ummat dari perbuatan syirik, berpegang teguh kepada sunnah dan
memperingatkan ummat dari perbuatan bidah dan maksiat, dan istiqamah dalam
ketaatan dan manhaj yang haq ini. Adapun kalianlah wahai ikhwanul muslimin yang
tidak shabar. Sehingga berdakwah dengan menyelishi manhaj nubuwah dengan
anggapan lebih cepat mencapai kepada keberhasilan dan kejayaan yang akhirnya
berujung kepada pembantaian ikhwanul muslimin dialjazair, mesir akibat
pembrontakan yang dilakukan oleh ikhwan kalian di negara tersebut.
Cerpen :
Mereka adalah orang-orang yang selalu membutuhkan
motivasi dari luar. Mereka adalah orang-orang yang tidak mau mengembangkan ilmu
mereka dengan potensi yang mereka miliki untuk berkontribusi kepada umat
Maka kita katakan
Al Hamdulillah salafi sibuk dengan dakwah tauhid,
memperingatkan ummat dari kesyrikakan dan dari bid’ah serta dari maksiat dengan
lisan dan perbuatan mereka, Insya Allah
ini adalah kontribusi salafi kepada ummat, adapun kalian apa kontribusi kalian
kepada ummat, kalian ajak ummat berdemontrasi, kalian ajak ummat untuk membenci
pemerintah, kalian ajak ummat berpartai, kalian ajak ummat untuk bernyanyi
dengan konser nasyid kalian….!!!
Lihatlah kontribusi kalian kepada umat, pembantaian yang
dilakukan pemerintah akibat pembrontakan partai FIS di Aljazair.
Lihatlah apa yang terjadi dimesir, pembantaian yang
dilakukan pemerintah akibat pembrontakan yang dilakukan oleh ikhwanul muslimin
di mesir ribuan kaum muslimin jadi korban inilah kontribusi ikhwanul muslimin
kepada ummat.
Demi Allah wahai Ahlu Sunnah jika kalian perduli terhadap
ummat ini dakwahkan ummat ini kepada tauhid dan peringatkan dari perbuatan
syirik, dakwahkan kepada sunnah dan peringatkan ummat dari bid’ah, serta
peringatkan ummat ini dari kesesatan jamaah ikhwanul muslimin dan firqah –
firqah sesat lainnya
Cerpen :
Tapi saksikanlah akhi. Mereka hanya akan
ghirah di awal. Mereka tidak akan bertahan lama. Karena hanya sebagian kecil
saja dari mereka yang memiliki jiwa ikhlas seperti Abu Zainuddin” jelas Ridwan
panjang lebar
Maka kita katakan
Berkata Syaikh Al ‘Alaamah Muhammad Bin Shaleh Al
Utsaimin Rahimahullah: “Ikhlas kepada Allah maknanya adalah: Seseorang
memaksudkan amal ibadahnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan dalam
rangka mencapai kebahagian di negeri akherat” (Syarh Al Ushulus Sittah : 112) maka wajib bagi kita untuk selalu
mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah semata didalam ibadah kita dan didalam
amar ma’ruf nahi mungkar kita dan didalam menjelaskan ummat tentang kesesatan
jamaah ikhwanul muslimin. Tidak seperti Abu Zainuddin dan yang semisalnya yang
diam seribu bahasa terhadap kesesatan jamaah ikhawnul muslimin, bahkan
bermesraan dengan jamaah ini. Tidaklah sebuah alamat dari keikhlasan seseorang
dengan diamnya terhadap kesesatan jamaah ikwanul muslimin atau jama’ah sesat
lainnya. sama sekali tidak…!!!
Cerpen
“Sudah akhi Ridwan jangan diteruskan. Tidak
baik akhi, ada baiknya kalau kita selalu berusaha untuk membersihkan hati kita”
pinta ustadz Azri berusaha memutus penjelasan Ridwan
Maka kita katakan
Benar kita harus selalu berusaha sepanjang hidup kita
membersihkan hati kita sebagaimana Allah T’ala berfirman
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
” Sungguh beruntunglah orang-orang yang mensucikan diri “
( Qs. As Syams : 9 )
Berkata Syaikh Al ‘Alaamah Abdurrahman As Sa’di
Rahimahullah: “yaitu membersihkan dirinnya dari dosa-dosa dan mensucikannya
dari kejelekan-kejelekan dan memperbaikinya dengan ketaatan kepada Allah dan
meninggikan dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih” (Taisirur
karimurrahman pada ayat ini)
Dan cara yang benar menurut Al Quran dan As Sunnah dengan
pemahaman salafus shalih didalam membersihkan hati kita, didalam mentazkiyah
diri kita adalah dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya
dari kesyirikan, bid’ah, kesesatan dan maksiat, diantara salah ketaatan untuk
membersihkan hati kita adalah dengan memperingatkan ummat dari kesesatan karena
Allah dan diantara kesesatan adalah manhaj Ikhwanul Muslimin.
Cepen
“Antum sendiri sudah sampai mana materi
halaqahnya,” tanya ustadz Azri, ketua DPCku tiba-tiba.
“Ups!”, agak kaget. “Hik..hik.. ana baru enam
bulan ustadz, baru juga masuk materi akidah tauhid,” jawabku malu sambil
cengengesan.
Maka kita katakan
Berkata Syaikh ‘Al ‘Alamah Abdul Aziz Bin Baaz
Rahimahullah: “Harokah Ikhwanul Muslimin telah dikritik oleh para ahlul ‘ilmi
yang mu’tabar (terkenal) dikarenakan mereka tidak memperhatikan masalah da’wah
kepada tauhid dan mengingkari syirik serta bid’ah. Mereka mempunyai cara
tersendiri yang mengurangi semangat dalam dakwah kepada tauhid, dan tidak
mengarahkan kepada aqidah yang shahih yang dimana dakwah ahlus sunnah berada
diatasnya. Maka sewajibnya bagi Ikhwanul Muslimin untuk memperhatikan da’wah
Salafiyah da’wah kepada tauhid, mengingkari ibadah kepada kubur-kubur,
ketergantungan kepada orang mati dan meminta pertolongan kepada orang-orang
yang sudah mati seperti Hasan, Husein, Badawi dan sebagainya.Wajib bagi mereka
untuk mempunyai perhatian kepada perkara yang paling pokok ini, dengan makna
Laa Ilaaha Illallah Karena inilah pokok agama dan sesuatu yang pertama kali
didakwahkan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam di kota Mekkah berdakwah
kepada tauhid kepada makna Laa ilaaha illallah, banyak dari kalangan ahlu ilmi
(ulama –penj) mengkritik ikhwanul muslimin dalam permasalahan ini. Yaitu tidak
adanya semangat dalam berdakwah kepada mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan
ibadah kepadanya. Dan mengingkari apa yang dilakukan orang-orang bodoh dari
ketergantunagn kepada orang mati dan memohon pertolongan kepadanya, bernadzar
dan menyembelih kepada mereka, yang merupakan perbuatan syirik besar. Demikian
juga mereka dikritik dengan tidak adanya perhatian kepada sunnah, kepada hadist
yang mulia dan apa – apa yang salaful ummah
berada diatasnya dari hukum-hukum syariat” (sebagaimana dalam majalah
Al-Majalah edisi 806, dinukil dari Jam’u
Sataat fiima Kutiba ‘anil ikhwaani Minal Mulaahadhoot, Syaikh Abdullah Bin
Muhammad An Najmy: 21) Maka kalau kita lihat potret ikhwanul muslimin di
indonesia sangat jelas sekali akan kelalaian mereka terhadap dakwah para Rasul.
Coba kita tengok majalah sabili yang menjadi corong dakwah mereka puluhan tahun
telah terbit apakah ada materi yang membahas masalah aqidah atau tauhid, puluhan tahun telah terbit untuk mendapatkan
satu artikel tauhid saja kita akan kesulitan mendapatkanya dari majalah sabili
tersebut, kalau bukan pelalaian terhadap dakwah para Rasul apa namanya
ini, belum lagi majalah yang lain An
Nida atau Tarbawi atau yang lainnya…!!!!, coba kita tengok di ceramah – ceramah
mereka atau di kaset kaset mereka atau
dikampanye – kampanye mereka adakah yang membahas keberadaan Allah diatas
langit adakah yang membahas menyembelih untuk selain Allah hukumnya syirik,
adakah yang membahas hukum mempercayai ramalan bintang atau sekedar kajian
politik atau kajian yang tercampur dengan berbagai syubhat dalam aqidah atau
dalam manhaj dan yang lainnya dengan melalaikan dakwah tauhid…!!!! itulah
mereka melalaikan dakwah para Rasul.
Cerpen
“Ya, kalau boleh dibilang anak ingusan di
tarbiyah githu… hehehe…,” ujarku berusaha membela diri.
Maka kita katakan
Itulah engkau wahai Ibnu Abd Muis anak ingusan,
sebagaimana kata dirimu sendiri, lebih baik engkau belajar Dien yang shahih
dengan pemahaman yang benar dari pada nulis cerpen yang ngga karuan seperti
ini, tanpa didasari ilmu dan keadilan. Allah Ta’ala berfirman
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ
بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَئِكَ كَانَ
عَنْهُ مَسْئُولًا
” Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu
ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya “ (Qs. Al Isra : 36 )
Rasulullah bersabda ” Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir berkatalah yang baik atau diam “ (HR. Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairoh Radiyallahu ‘Anhu )
Cerpen
“Tapi kayanya antum sudah lama ikut aktifitas
amal jamai ya?” tanya ustadz Azri kepadaku. “Soalnya ana sering lihat antum di
berbagai tempat kegiatan bakti social, nggak cuma di DPRa antum saja?”
“Iya, ustadz, ana sibuk banget. Kerja, dari
pagi sampe malem. Maklum kuli.. hehehe… Takut halaqahnya nggak serius, jadi ana
fikir biar ana aktif di kegiatan social kemasyarakatannya saja, ternyata
tarbiyah point utamanya. Sekalipun agak terlambat, nggak apa-apa lach”
“Nah, ini dia ustadz, salah satu penyebab
akhwat-akhwat kita keburu dinikahi ikhwan bukan tarbiyah,” tuduh Ridwan
kepadaku.
“Maksudnya?”, tanyaku bingung.
“Ya, antum ini lah salah satu penyebabnya.
Sudah kerja, punya kendaraan, manager pula status di kantornya. Masih juga
belum mau nikah. Jangan marah dong kalau akhwat tarbiyah dinikahi sama ikhwan
salafy. Antum terlalu idealis sih”, tuding Ridwan lagi kepadaku.
Aku makin mati kutu dibilang begitu, “Afwan,
afwan akhi, ustadz, ana nggak idealis kok. Ana tidak pernah terpikir, kalau ana
punya kriteria khusus terhadap akhwat yang akan ana nikahi. Masalahnya beda.
Ini masalah target masa depan. Masa akhwatnya hebat ikhwannya jeblog, nanti ana
malu khan. Dan ana juga nggak mau pusing, gara-gara mikirin uang untuk resepsi,
untuk lahiran, pendidikan anak, makan sehari-hari dan lain sebagainya,” jelasku
membela diri.
“Memang antum usianya berapa sekarang?” tanya
ustadz Azri sambil nepuk-nepuk bahuku.
“Seperempat abad lebih dikit ustadz”,
jawabku. “Belum tua banget khan?” tanyaku langsung kepada beliau.
Beliau cuma tersenyum dan berkata, “Belum,
belum tua kok.” Sementara Ridwan ketua DPRaku sudah pegang perutnya menahan
geli.
“Loch, antum kenapa? Kok kayanya geli banget
dengar umur ana seperempat abad?” tanyaku ke Ridwan bingung.
Ustadz Azri menepuk lututku, “Dulu, waktu ana
nikahi istri ana, ana baru berumur sembilan belas tahun akhi. Masih kuliah di
LIPIA” terangnya sambil tersenyum teduh.
“Hah…” ternganga aku sambil takjub. “Sembilan
belas tahun! Masih muda banget ustadz. Waduh, ana ketuaan dong ya?”
“Bukan tua lagi mas, udah engkong-engkong,”
canda Ridwan sambil terus pegangi perutnya menahan geli dan “Ana aja udah punya
anak dua waktu umur segitu”.
“Ya ampun, jangan-jangan hampir sebagian
besar ikhwan kita seperti ana kali ya!” sergah aku masih dalam keadaan
terkejut. “Pasti ustadz anak orang kaya kan, jadi kalau bingung dengan masalah
keuangan tinggal minta bantuan?” tanyaku sambil terus berusaha membela diri.
“Alhamdulillah, ana di Jakarta sendirian
akhi. Orang tua ana di Padang Pariaman. Di Kampung. Waktu itu ana tinggal di
tempat paman ana. Ya sambil bantu-bantu beliau, ana juga jualan buku-buku Islam
sambil kuliah di LIPIA karena ana yakin
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu. (Qs. At-Thalaaq: 3)
” jelasnya panjang lebar sambil berusaha
meyakinkan aku.
“Waduh, malu banget ana nih ustadz. Ana
yakin, ikhwan-ikhwan kita memang terlalu idealis, bertahan dengan
kejombloannya, karena terlalu khawatir seperti ana. MasyaAllah….”
“Makanya itu akhi, antum jangan sewot kalau
akhwat-akhwat tarbiyah dinikahi ikhwan-ikhwan salafy. Nggak ada pilihan lain,
sekalipun mungkin mereka tidak mau, tapi daripada jadi khawatir kali. Mau
dibilang apa?” tuding Ridwan lagi kepadaku
Maka kita katakan
Itulah engkau wahai ibnu Abd Muis menunda nikah tanpa alasan
syar’i sudah begitu dzalim dengan menuduh ikhwan salafi merampas akhwat
tarbiyah, mereka akhwat tabiyah yang senang dan ridha kalau ikhwan salafy
menjadi suaminya, bahkan dengan sebab menikahnya mereka dengan ikhwan salafi
mereka mendapat hidayah dengan keluar dari jamaah ikhwanul muslimin. Lengkaplah
kebahagian mereka, mendapat suami yang mereka senangi dan mendapat hidayah….!!!
adapun engkau masih bertahan dengan kejombloanmu dan berada di Jama’ah
Khawarij. Berkata Syaikh ‘Al ‘Alaamah Al Muhadist Ahmad Syaakir Rahimahullah: “Al
Ikhwanul Muslimin khawarij jaman ini “ (Majalah Al Ishaalah, ke 40 dinukil dari
Ar Risalah Al Kubra Ila Akhi Al Muntadzim
fi Jama ‘atil Ikhwanil Muslimin, Syaikh Ali Rajihi Hal ; 152 )
Cerpen
“Ya, iya juga sich, mungkin salah ana juga
kali ya,” jawabku lirih.
“Ya, nggak salah antum aja, tapi semua ikhwan
tarbiyah yang punya kekhawatiran berlebihan seperti antum, antum niatkan saja
untuk segera menikah. Ana ada chanel nih. Antum mau nggak ana kenalin. Mad’unya
istri ana,” tawar ustadz Azri serius sambil terus tersenyum, “Kayanya cocok
dech sama antum”.
“Aduh ustadz, tapi ana tetep nggak bisa
terima. Kalau mereka mau menikahi akhwat tarbiyah, jangan matikan dakwah mereka
juga dong.
Maka kita katakan
Dakwah kepada apa….?!!, dakwah kepada tauhid …??!! dakwah
kepada sunnah…??!! atau kepada pemahaman khawarij, atau kepada demokrasi atau
kepada nasyid atau kepada partai atau kepada kesia-sian dengan melalaikan
dakwahnya para Rasul….!!!
Al Hamdiulillah dengan menikahnya sebagian akhwat tarbiyah
dengan sebagian kecil ikhwan salafi menjadikan dia kenal dakwah yang haq dakwah
Ahlus sunnah, sehingga sebagian mereka menjadi aktif saling tolong
menolong dengan akhwat salfiyiin lainnya
didalam ilmu, amal dan dakwah.
Allah Ta’ala berfirman
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَى
” dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan
ketakwaan’ ( Qs. Maidah : 2 )
Cerpen
Enggak sopan tuh namanya. Kita yang bangun
dia yang nikmatin. Standard ganda banget sich! Manhajnya di benci, tapi
akhwatnya doyan!
Maka kita katakan
Membangun apa….??!!, membangun pemahaman para muslimah
dengan menyakini demo sebagai jihad…..??!! membangun dengan tulisan dan lisan
agar para muslimah membenci pemeritah kaum muslimin, mengajak para muslimah
berkampanye, memalingkan muslimah dari perkara
tauhid kepada politik, demokrasi, partai dan segala kesibukkan didalamnya…..!!!! Inalillahi
wainailahi Rajiuun, inilah sebagian dosa kalian terhadap muslimah….wahai
muslimah sadarlah… !!!! dimana ilmu kalian terhadap aqidah shahihah ??!!!
dimana kalian tehadap fiqih ibadah…???!!! dimana kalian dengan ilmu syar’i yang
berkaitan dengan kewanitaan …??!! jika kalian ingin membela islam dan kaum
muslimin maka belalah dengan ilmu amal dan dakwah kepada dien yang haq, bukan
kepada kesesatan demokrasi bukan kepada kebid’ahan partai keadilan bukan
kepada konser nasyid bukan dengan turun
kejalan dan demonstrasi…!!!!”
Dan perkataamu “tapi akhwatnya doyan”??!!. saya melihat
antum perlu diruqyah, supaya kebencian dan hizbiyah ikhwan hilang dari dirimu
dengan idzin Allah. Mereka yang sama-sama suka, mereka akhwat tarbiyah ridha
dan senang dinikahi dengan sebagian kecil ikhwan salafi, mereka sangat senang
mendapat seorang suami yang sesuai dengan keretrianya yang dengan sebab
pernikahan itu mereka mendapat penjelasan tentang manhaj yang haq
dan mendapat penjelasan tentang kesesatan firqah ikhwanul muslimun.
Cerpen
Atau ana aja yang nikahin akhwat Salafy ya
ustadz, biar mereka jadi baik hati dan lembut. Kan impas tuch!” ujarku kesel.
Maka kita katakan
Innaalilahi wainnailahi Raajiuun, seorang menjadi baik
jika terbimbing dengan ilmu yang haq, ilmu Al Quran dan As Sunnah diatas
pemahaman salafus shalih dengan diamalkan secara dhohir dan bathin. Maka
sebaliknya seseorang dikatakan jahat dan berhati keras jika berbuat maksiat
diantara perbuatan maksiat adalah demokrasi, demostrasi, nasyid sufi ala
ikhwani dan yang lainnya yang ada di firqah (kelompok) ikhwanul muslimin. Sangat
memungkinkan jika seorang akhwat salafi
menikah dengan seorang Ibnu Abd Muis atau yang semisalnya menjadi
seorang yang keras hatinya dan kasar, dengan diajak berlaku kasar kepada
pemerintah dengan berdemo di depan bundara HI, atau keras hati dengan
memaksiati Rabbul ‘Alamin dengan aktif di penyimpangan yang ada di jama’ah
ikhwanul Muslimin yang Ibnu Abd Muis ada didalamnya….!!!
Cepen
“Astaghfirullah akhi, sudahlah, jangan
dipikirin yang kaya gitu. Pasti semuanya ada hikmahnya. Baik buat kita maupun
buat mereka. Jangan biarkan ketidaksukaan antum terhadap mereka membuat antum
tidak adil.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ
شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Maidah: 8 )
Maka kita katakan
Benar, semuanya ada hikmahnya diantara hikmahnya mereka
keluar dari jamaah Ikhawnul muslimin dan berpegang teguh kepada manhaj Salaf.
Cerpen
Kita do’akan, sekalipun mereka tidak beramal
jama’i lagi dengan kita, mudah-mudahan ghirah dakwah mereka tidak mati.
Maka kita katakan
Kami Ahlu sunnah menginkari amal jama’i yang menyelisihi
syariat, seperti yang ada pada jamaah ikhwanul muslimin dari tolong menolong
dalam demokrasi, didalam partai, didalam demo, didalam konser nasyid didalam
memalingkan ummat dari Al Qur’an dan As Sunnah kepada koran, berita politik dan
semisalnya. Insya Allah sebagian akhwat tarbiyah yang telah menikah dengan
ikhwan salafi menjadi salafiyyah yang istiqamah yang semangat didalam ilmu amal
dan dakwah, semangat dengan suaminya didalam tolong menolong dalam ketaatan, begitu
juga semangat dengan akhwat salafiyah lainnya didalam ilmu amal dan dakwah.
Allah Ta’ala berfirman
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَى
” dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan
ketakwaan” (Qs. Maidah : 2 )
Rasulullah shalallahu ‘Alaihi wassalam bersabda: “Orang
mukmin dengan mukmin yang lainya seperti bangunan yanng saling memperkuat satu
dengan yang lainnya” (HR. Bukhari dari Abu Musa Al Asy’ari)
Cerpen
Ya minimal beribadah untuk suami dan keluarga
mereka, kan sama saja, sementara mantan murabiyyah mereka mendapat pahala atas
ilmu yang bermanfaat bagi mereka” terang ustadz Azri bijak.
Maka kita katakan
Jika sesuai syariat dan dibarengi dengan niat yang ikhlas
diharapkan mereka mendapat pahalanya, begitu juga berhak mendapat dosa terhadap
kesesatan yang para murobiyah tanamkan kepada para muslimah. Dari demokrasi
mengajak kampanye dan yang lainnya
Cerpen
“Iya, ya.. nggak ada untungnya buat ana. Itu
sudah menjadi tanggung jawab mereka masing-masing. Mending ana focus ngurusin
pekerjaan ana dan dakwah ana di manapun ana berada”, sadar
Maka kita katakan
Dakwah kepada apa wahai Ibnu Abd Muis, kepada kesesatan,
kepada demokrasi kepada mendemo pemerintah kepada cerpen fiksimu ini, kepada
belajar bohong…??!!! Orang seperti antum berdakwah mau jadi apa umat ini mau
dibawa kemana umat ini…??!! mau dibawa kepada kesesatan ikhwanul muslimin, mau
dibawa kepada kegelapan kebodohan….!!!
Allah Ta’ala berfirman
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ
يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
المُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ المُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan , menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Qs. Ali Imran : 104)
Bagaimana antum akan menyuruh yang ma’ruf kalau ngga tahu
yang ma’ruf begaimana antum akan memperingatkan dari yang mungkar kalau ngga
tahu itu sebuah kemungkaran. Ditambah lagi engkau seorang yang bermanhaj
menyimpang, berkata Ibnu Sirin Rahimahullah: “Sesungguhnya ilmu ini (ilmu
sannad dan yang berkaitan dengannya) merupakan bagian dari ilmu agama,
perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian” (silahkan lihat
muqadimah Shahih Muslim, Hal 19 Dar Ibnu
Hazm )
Wahai Ibnu Abd Muis inilah catatan ringan dariku, sebagai
bentuk pengingkaran atas kemungkaran yang ada pada cerpenmu, dan sebagai
nasehat untuk ummat tentang kesesatan jama’ah ikhwanul muslimin yang engkau
berada didalamnya
Cerpen
ana focus ngurusin pekerjaan ana dan dakwah
ana di manapun ana berada”, sadar
“Jangan lupa! bukan cuma ngurusin pekerjaan
dan dakwah aja, tapi tuh, tawaran ustadz Azri diterima nggak, prediksinya cocok
sama antum soalnya,” ingat Ridwan sambil rangkul bahuku.
Aku cuma mengangguk tanda setuju, sambil
terus menyembunyikan malu.
“Loch, dengan akhwat Salafynya gimana?”,
canda ustadz Azri, lanjutnya “Ada-ada aja antum.”
Dan aku makin menunduk malu.
Selesai….
Maka kita katakan :
Iya seharusnya engkau malu dengan cerpen ngga karuanmu
ini, dengan kebodohan, kedzaliman dan kesesatan yang ada dicerpenmu ini, karena
malu mengantarkan kepada kebaikan. Sebagaimana dalam sebuah hadist yang di
riwayatkan dari Imran Bin Husain Radiyalahu ‘Anhu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalm bersabda: “Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan” (HR.
Bukhari ). Atau engkau tidak punya rasa malu lagi ?
Inilah catatan ringanku pada cerpen ini, sebagai bentuk
amar’ ma’ruf nahi mungkar dan nasehat kepada ummat tentang kesesatan manhaj
ikhwanul muslimin.
Penulis:
Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty
Web:http://tauhiddansyirik.wordpress.com/2009/06/24/mengapa-kalian-rampas-akhwatnya-jika-kalian-benci-m
Judul Asli: Berputar diantara kebodohan, kebencian dan kebohongan ( sebuah catatan atas
cerpen ” Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya
” )
ok lah
BalasHapus