Resensi
Buku:Mungkinkah Syiah dan Sunnah Bersatu
Penulis : Syaikh
Muhibuddin Al Khatib (dalam bahasa Arab)
Alih Bahasa
Indonesia : Muhammad Arifin Badri
Penerbit : Pustaka Muslim, DI.Yogyakarta, Cet ke-1 Mei 2007
Resensi
Buku:
Muqaddimah (hal
6-7). Dalam Muqaddimah ini, Muhammad Nashif menyebutkan kesimpulan penulis,
yakni Syaikh Muhibuddin al-Khatib bahwa terwujudnya pendekatan ini (yakni Syiah
dan Sunnah) adalah suatu hal yang Mustahil.
Hal tesebut dikarenakan para penggagas agama syiah tidak menyisakan satu sarana
pun untuk terjadinya pendekatan tersebut. Mereka telah menegakkan agama Syiah
di atas pilar-pilar yang bertentangan dengan syariat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan yang diserukan oleh para sahabat
beliau, serta agama terang benderang nan bercahaya yang beliau wariskan,
sehingga tiada orang yang menyeleweng darinya melainkan orang-orang yang
benar-benar binasa.
Dan
Penyelewengan-penyelewengan yang ada di agama Syiah, akan dijelaskan oleh Syaikh
Muhibuddin al-Khatib secara gamblang dalam
buku ini. Karena data-data dan ucapan-ucapan tokoh Syiah langsung diambil dari
KITAB-KITAB mereka, maka menjadikan buku ini pantas untuk kita yakini apa yang
ada di dalamnya benar-benar ada dalam ajaran sekte SYIAH.
Di antara
hal-hal yang menyimpang dalam Agama Syiah:
·
Prinsip-prinsip dasar Ajaran Sekte Syiah Al Imamiyah (hal 8-13). Syaikh
Muhibuddin berkata, “Perbedaan paling
mendasar antara kita dengan mereka berkisar seputar dakwaan mereka bahwa mereka
lebih loyal kepada Ahlul bait dibandng kita, dan tentang mereka yang
menyembunyikan-bahkan menampakkan- kebencian dan permusuhan kepada para sahabat
Rasulullah yang di atas pundak merekalah agama islam bisa tegak.”
Sehingga
dalam kitab mereka yakni kitab Azzahra,
di dalamnya mereka mengisahkan, menghinakan sahabat Umar bin Khatab. Mereka
menyebutkan bahwa Amirul mukminin Umar bin Khatab, ditimpa suatu penyakit yang
tidak dapat disembuhkan selain air mani Kaum laki-laki!!!? Na’udzubillah atas kedustaan mereka..
·
Permasalahan
Taqiyyah
(hal 14-15). Syaikh Muhibuddin al-Khatib berkata, “Taqiyyah adalah suatu keyakinan
dalam agama yang membolehkan bagi mereka untuk berpenampilan di hadapan kita
dengan penampilan yang menyelisihi hati mereka.” Salah seorang Syaikh ahli
hadits mereka berkata, “Bertaqiyyah
wajib hukumnya, barangsiapa yang meninggalkannya, maka bagaikan orang yang
meninggalkan sholat.” Baca Risalah Al
I’tiqadaat, pasal At-taqiyyah, terbitan iran tahun 1374 H.
·
Celaan
terhadap Al-Qur’an (hal 16-21). Diantaranya adalah menafsirkan al-Quran dengan tafsir
yang menyimpang . Celaan yang lainnya adalah menambahkan surat al wilayah .
·
Keyakinan
mereka bahwa Al Jibtu dan At-Taghut
adalah Abu Bakar dan Umar (hal 30-32)
·
Keyakinan
mereka bahwa hari pembunuhan Al Faruq (yakni Umar bin Khattab) adalah hari Ied
terbesar (hal
33-34)
·
Mereka
menanti Kedatangan Imam Mahdi –versi mereka- untuk bersama-sama membalas dan
membasmi perampas kekuasaan –menurut
mereka adalah ahlu sunnah.- (hal 35- 37)
·
Mereka meyakini
Ideologi Ar-Raj’ah dan pembantaian
tiga ribu kaum Qurais ( hal 38- 40)
·
Mereka
meyakini bahwa bersama dengan kedatangan Al- Mahdi, Al Mushaf yang asli akan
kembali
(hal 41- 42)
·
Mereka
meyakini bahwa Abu Bakar dan Umar disalib di sebatang pohon (hal 43-
44)
·
Da’i Pendekatan
Al Khayalisi mengingkari keikutsertaan Abu Bakar dan Umar dalam baiat ridwan (hal 45-52).
·
An-Nushair
At-Thushy dan Ibnu Al Aqlamy bersama pasukan Holako Khan dan bangsa Mongol dan
para penyembah berhala (hal 53-56)
·
Dua kalimat
syahadat tidak mencukupi sebagai bekal masuk syurga (hal 58-
65) Mereka sepakat bahwa keselamatan tidak akan terwujud selain dengan sikap
loyal kepada Ahlu bait hingga imam kedua belas, dan berlepas diri dari seluruh musuh-musuh
mereka (maksudnya Abu Bakar, Umar hingga manusia terakhir yang beragama Islam selain
dari sekte Syiah baik penguasa atau rakyat biasa).
·
Hal yang “aneh”. Semua
keyakinan di atas berbeda dengan keyakinan Imam mereka yang pertama yakni Ali
Bin Abu Thalib. Ali tidaklah membenci Abu Bakar, Umar dan Utsman. Dan bahkan diantara
bentuk kasih saying beliau adalah beliau wujudkan dengan member nama anak-anak
beliau setelah Al Hasan dan Al Husain dengan nama-nama mereka. Diantara anak
beliau, bernama Abu Bakar, dan lainnya diberi nama Umar, dan yang lainnya
diberi nama Utsman..Beliau juga menikahkan putrinya Ummu Kultsum yang terbesar
dengan sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Hal-hal ini disebutkan dalam
Bab “Diantara anak ali bin Abi Thalib bernama
Abu Bakar, Umar dan Utsman.” (lihat hal 66-74)
Surakarta, 6 September 2012
Admin Maktabah IMU, Abdurahman Baharudin
Wahid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca artikel kami. Silahkan berkomentar dengan sopan.