Halaman

10 Bahaya Hasad (Kedengkian)

10 Bahaya Hasad (Kedengkian)

“Tahu nggak, tetangga kita baru saja beli mobil baru lho?” kata A memberitahu.
“Ah…paling juga kredit. Kalau cuma mobil aja, aku juga bisa.” Kata B dengan nada sinis.

Itulah sedikit gambaran kedengkian/ hasad pada seseorang terhadap orang lain. Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, salah seorang ulama’ negeri Arab Saudi, “Hasad / kedengkian adalah perasaan benci terhadap nikmat-nikmat yang Allah limpahkan kepada orang lain. Perasaan ini tidak mengharap lenyapnya nikmat Allah tersebut, namun sebatas kebencian seseorang terhadap nikmat Allah yang dilimpahkan kepada orang lain itu. Inilah sifat hasad, sama saja apakah mengharapkan lenyapnya nikmat ataupun nikmat tersebut tetap ada padanya, namun ia tidak menyukainya.”
Beliau melanjutkan, bahwa hasad (kedengkian) bisa menimbulkan hal-hal yang berbahaya, yakni:

1.       Ketidaksukaan terhadap ketetapan Allah azza wa jalla.  Ketidaksukaan terhadap kenikmatan yang diberikan kepada orang lain tersebut merupakan bentuk ketidaksukaan kepada sesuatu yang Allah tetapkan secara kauniyah sekaligus sebagai bentuk protes terhadap Allah azza wa jalla.

2.       Hasad melalap kebaikan-kebaikan laksana api melalap kayu bakar. Secara umum orang yang hasad akan berbuat dzalim kepada orang lain dengan menceritakan hal-hal yang tidak ia sukai dan membuat orang lain berpaling darinya, menjatuhkan harga diri dan perbuatan-perbuatan seperti itu.

3.       Kesedihan dan kobaran api yang membakar hatinya. Api itu akan terus melalap, setiap kali ia melihat nikmat Allah kepada orang yang didengkinya hatinya sedih, dadanya sesak yang akhirnya dia terus mengawasi orang itu. Setiap kali Allah memberikan karunia kepada orang itu, dia akan sedih, dadanya sesak dan dunia terasa sempit baginya.

4.       Orang yang hasad memiliki kemiripan dengan orang Yahudi. Telah dimaklumi, siapapun yang membawa salah satu perilaku orang kafir maka ia digolongkan dengan mereka dalam perilaku tersebut. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “MAN TASYABBAHA BI QOUMIN FAHUWA MINHUM” yang artinya barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad Juz 5 hal 5, Abu Dawud, dll. Ahmad Syakir menshahihkannya dalam Al Musnad no. 5114)

5.       Bagaimanapun kuatnya rasa hasad itu tidak akan pernah selamanya memutuskan nikmat Allah dari seseorang. Jika keadaannya demikian, bagaimana hasad itu masih saja terpendam dalam dada?

6.       Hasad menafikkan kesempurnaan iman. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Tidak beriman seseorang dari kalian, sampai mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maknanya, engkau tidak menyukai nikmat Allah pada orang lain itu lenyap. Maka jika engkau masih menyukai kalau nikmat Allah kepada orang lain itu lenyap, maka engkau belum dianggap mencintai saudaramu sebagaimana engkau mencintai dirimu. Dan ini menafikkan kesempurnaan iman.

7.       Hasad mengantarkan seorang hamba berpaling dari memohon karunia Allah subhanahu wa ta’ala. Maka akan engkau temui orang yang hasad tersebut selalu mencurahkan perhatiannya kepada nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain dan dia tidak memohon karunia kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalah Al-Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 32.

8.       Hasad berakibat meremehkan nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya. Artinya orang yang hasad menilai dirinya tidak berada dalam kenikmatan. Apabila orang yang didengkinya berada dalam kenikmatan yang lebih besar darinya, maka saat itulah ia memandang rendah nikmat Allah, sehingga ia tidak mensyukuri nikmat Allah bahkan sebaliknya mengingkari nikmat Allah.

9.       Hasad adalah akhlak yang tercela. Orang yang hasad akan terus menyelidiki nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain di lingkungannya. Ia terus berupaya  untuk menghalangi masyarakat dari orang yang didengkinya, terkadang dengan menjatuhkan harga dirinya atau dengan meremehkan nilai kebaikan yang dilakukannya dan perbuatan-perbuatan lainnya.

10.   Jika seseorang memendam hasad pada orang lain maka orang yang didengkinya itu akan mengambil amalan kebaikannya di Hari Kiamat. Si A akan mengambil kebaikan-kebaikannya. Si B akan mengambil kebaikan-kebaikannya. Itu jika masih tersisa amalan kebaikannya, jika tidak maka orang yang hasad tersebut akan menerima amalan jelek orang-orang yang didengkinya, lalu ditimpakan kepadanya. Akhirnya ia dilemparkan ke dalam api neraka.
Kesimpulannya, bahwa hasad adalah akhlak yang tercela.    

Disalin dari Buku Kitab Ilmu Karya Syaikh Muhamamd bin Shalih al-Utsaimin hal 76-80 dengan beberapa tambahan.

1 komentar:

Terima kasih telah membaca artikel kami. Silahkan berkomentar dengan sopan.