Halaman

Nasihat untuk Saya: Sebab-Sebab Futur dalam Thalabul Ilmi

www.sunniy.wordpress.com

Sebab-Sebab Futur dalam Thalabul Ilmi


Setiap kali bertambah belajarnya, semestinya bertambah pula semangatnya karena berarti ia telah mendapatkan tambahan ilmu. Dengan demikian ia pun gembira layaknya seorang pedagang yang bergembira ketika mendapatkan keuntungan, sehingga bertambahlah semangat si pedagang tadi untuk meraih nilai keuntungan yang lebih besar.
Demikian pula semestinya bagi penuntut ilmu, selama ia bersungguh-sungguh dan jujur dalam belajar, maka ketika mendapati suatu masalah (pelajaran), semakin bertambahlah keinginannya untuk mendapatkan ilmu.
Adapun orang yang tidaklah menuntut ilmu kecuali hanya untuk mengisi waktu saja, maka sangat rentan untuk tertimpa futur dan rasa malas.
Kedua: Syaithan senantiasa berusaha untuk menjadikan penuntut ilmu merasa putus asa.
Syaithan mengatakan, “Perjalanan (belajar) ini masih panjang, tidak mungkin engkau menguasai ilmu sebagaimana para ulama.” Sehingga yang seperti ini menjadikan penuntut ilmu malas dan meninggalkan belajarnya. Ini salah.
Salah seorang ahli tarikh menyebutkan tentang salah seorang imam dalam bidang nahwu. Ketika thalabul ilmi, beliau merasa kesulitan mempelajari ilmu nahwu, sehingga hampir saja beliau tinggalkan ilmu tersebut. Suatu ketika, ia melihat seekor semut naik di sebuah dinding dengan membawa makanan. Setiap kali semut itu berusaha naik, ia terjatuh. Terus menerus semut itu berusaha naik, namun terjatuh hingga terhitung sepuluh kali atau lebih semut itu berusaha naik, tetapi terus saja terjatuh. Akhirnya semut itu berhasil menaiki dinding setelah tentunya merasakan lelah dan rasa berat.
Al-Kisa’i pun mengatakan, “Semut ini telah berusaha dan merasakan beratnya apa yang ia lakukan sehingga berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Maka sungguh benar-benar aku akan berusaha dan berusaha.”
Maka Al-Kisa’i pun bersungguh-sungguh mempelajari ilmu nahwu, hingga meraih kedudukan sebagai imam dalam bidang tersebut.
Ketiga: Berteman dengan orang yang jelek.
Pertemanan itu memberikan pengaruh terhadap seseorang. Oleh karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendorong kita untuk berteman dengan orang-orang baik. Beliau mengabarkan bahwa teman yang shalih itu seperti penjual minyak wangi misk, yang mungkin engkau dihadiahi minyak tersebut, atau dijual kepadamu, atau setidaknya engkau akan mendapati aroma yang wangi. Sementara teman yang buruk itu seperti tukang tempa (pandai) besi, yang bisa jadi kalau engkau mendekatinya, bajumu akan terbakar, atau bisa jadi engkau akan mencium bau yang tidak sedap.
Masalah pertemanan ini memberikan pengaruh yang besar, sampai-sampai bisa mempengaruhi seseorang, tidak hanya pengaruh untuk meninggalkan thalabul ilmi saja, bahkan juga berpengaruh untuk meninggalkan amalan-amalan ibadah.
Keempat: Terlalaikan oleh sesuatu yang menipu dan banyak menyia-nyiakan waktu
Sekali waktu seseorang pergi jalan-jalan, (tapi ketika sudah menjadi kebiasaan) sebagian orang justru tergoda dan kecanduan untuk melihat pertandingan sepak bola atau yang semisalnya.
Kelima: Seseorang tidak merasa bahwa ketika thalabul ilmi, ia seperti seorang mujahid di jalan Allah.
Ini adalah sesuatu yang tidak diragukan, karena thalabul ilmi merupakan upaya untuk menjaga syariat ini dan mengajarkannya kepada manusia.
Tujuan dari seorang mujahid adalah menghalangi pengaruh orang kafir terhadap agama Islam ini, namun seorang thalibul ilmi bisa memberikan manfaat kepada umat seluruhnya.
Benar bahwa terkadang kita katakan kepada seseorang: “Jihad lebih utama bagimu.” Karena memang ia lebih pantas untuk berjihad. Dan terkadang pula kita katakan kepada yang lainnya: “Thalabul ilmi lebih utama bagimu.” Namun yang aku maksudkan adalah bahwa thalabul ilmi itu sendiri lebih utama daripada jihad di jalan Allah. Allah telah berfirman,
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”(At-Taubah: 122)
Inilah sebab-sebab futur dalam thalabul ilmi yang bisa kami sebutkan. Engkau wahai penuntut ilmi wajib untuk memiliki semangat dan cita-cita yang tinggi, tunggu hasilnya di masa mendatang. Sesungguhnya dengan keikhlasan niat Engkau kepada Allah, bisa jadi Engkau akan menjadi seorang imam dalam agama Islam ini.
Diterjemahkan dari http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=140060 dengan sedikit perubahan.
Sumber terjemahan: http://mahad-assalafy.com

1 komentar:

Terima kasih telah membaca artikel kami. Silahkan berkomentar dengan sopan.