Review: Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia

Dewan Redaksi
Ketua Dewan Redaksi (Chief Editor)
dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D.

Dewan Redaksi (Editorial Board)
dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D.
dr. Efrayim Suryadi, SU, PA(K), MHPE.
dr. Yoyo Suhoyo, M.Med.Ed.
dr. Sugito Wonodirekso, M.S.
dr. Fundhy Sinar Ikrar Prihatanto, M.Med.Ed.
dr. Abdul Latif, Sp.A(K)
Dr. dr. Mardi Santoso, DTM & H, Sp. PD - KEMD, FINASIM, FACE
dr. Budu, SpM(K), Ph.D

Sekretaris Redaksi (Associate Editor)
dr. Siti Rokhmah Projosasmito, M.Ed(L,P,C)

Administrasi Jurnal
Fransisca Irmawati, SE, MM

 Bendahara Jurnal
Anastasia Ani, AMd

Umum dan Sirkulasi
Sumartono
Website
http://jurnal.aipki.net 

Pengkhianatan Syiah dalam Lembaran Sejarah (Buletin Al Ilmu, Jember)

Pengkhianatan Syiah
Penulis: Ustadz Muhammad Hadi hafizhahullah
Pengkhianatan Syiah dalam Lembaran Sejarah (bagian 1)
Berabad-abad lamanya sekte Syi’ah menyebarkan penyimpangan akidah di tengah umat. Terkhusus perbuatan mengafirkan para sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahkan termasuk istri-istri beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Berangkat dari akidah yang menyimpang tersebut, terjadilah apa yang terjadi seperti pengkhianatan dan pembantaian terhadap kaum muslimin.

Terapi Penyakit Kejiwaan (Gangguan Psikologis) Menurut Islam

Image: mayafitrianisa.blogspot.com
Terapi Penyakit Kejiwaan (Gangguan Psikologis)
Terapi pengobatan paling baik terhadap gangguan kejiwaan dan sempitnya dada (depresi) adalah sebagai berikut:
1.      Hidayah dan tauhid, sebagaimana kesesatan dan kesyirikan yang merupakan sebab utama sempitnya dada (gangguan psikologis).
2.      Cahaya keimanan yang benar yang Allah berikan ke dalam hati seorang hamba bersama amalan shalih.
3.      Ilmu yang bermanfaat. Semakin luas ilmu (agama) seorang hamba, semakin lapang dan luas pula dadanya. [1]
4.      Bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mencintai-Nya sepenuh hati, dan konsentrasi menghadap kepada-Nya, serta merasa nikmat dengan beribadah kepada-Nya.
5.      Senantiasa mengingat Allah dalam setiap keadaan dan di setiap tempat. Sebab dzikir memiliki pengaruh-pengaruh yang sangat menakjubkan dalam membuat lapangnya dada, nikmatnya hati, dan menghilangkan kegelisahan dan kesedihan.
6.      Berbuat baik kepada sesama makhluk dengan berbagai jenis kebaikan dan memberikan manfaat kepada mereka dengan hal-hal yang mungkin. Orang yang berakhlak mulia lagi senang berbuat kebaikan adalah manusia yang paling lapang dadanya, yang paling baik jiwanya dan paling senang hatinya.
7.      Punya keberanian, sebab keberanian dapat melapangkan dada dan meluaskan hati.
8.      Membersihkan hati (dagholil qolbi[2]) dari sifat-sifat tercela yang menjadikan sempit dan tersiksanya hati, seperti : hasad, kebencian, dendam, permusuhan, pertikaian dan penyimpangan. Telah tsabit dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bahwasannya beliau pernah ditanya tentang manusia yang paling baik, beliau menjawab : “Setiap orang yang bersih hatinya (makhmuumil qolbi), jujur lisannya.” Maka mereka (para sahabat) berkata: “Jujurnya lisan kemi telah tahu maknanya, lalu apa yang dimaksud makhmuumil qolbi ?Beliau menjawab: “Seorang yang bertaqwa dan yang bersih (hatinya), tidak ada perbuatan dosa padanya, tidak ada pula penyimpangan, tidak ada dendam dan tidak ada hasad.[3]
9.      Meninggalkan perilaku berlebihan dalam melihat, berkata, mendengar, bergaul, makan dan tidur. Sebab meninggalkan itu semua termasuk sebab yang dapat melapangkan dada, menyenangkan hati, dan menghilangkan kegelisahan dan kesedihan.
10.  Menyibukkan diri dengan beramal atau menuntut ilmu yang bermanfaat. Sebab yang demikian itu dapat melalaikan hati dari kegundahan dan kegelisahannya.
11.  Memperhatikan amalan yang sedang dia kerjakan (di saat itu) dan memutuskan perhatian dari angan-angan terhadap apa yang terjadi di waktu yang akan datang dan dari kesedihan di waktu yang telah lalu. Seorang hamba senantiasa bersungguh-sungguh dalam melakukan hal-hal yang memberikan manfaat kepadanya dalam perkara agama dan dunia, dan memohon pertolongan kepada Rabbnya kesuksesan yang dia inginkan, serta memohon pertolongan untuk menjalankannya. Sebab yang demikian itu dapat menghibur dirinya dari kegelisahan yang tengah menimpanya.
12.  Melihat kepada orang yang ada di bawahmu dan jangan melihat kepada orang yang berada di atasmu dalam perkara kesehatan dan apa-apa yang menyertainya, serta di dalam perkara rezki dan apa-apa yang menyertainya.
13.  Melupakan apa-apa yang telah berlalu dari perkara-perkara yang tidak disukai yang tidak mungkin baginya untuk mengulanginya, sehingga jangan memikirkannya secara terus-menerus.
14.  Jika seorang hamba mendapatkan musibah, hendaknya dia berusaha untuk meringankannya, dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang diakibatkan oleh musibah tersebut, dan mencegahnya dengan segenap kemampuan.
15.  Kuatnya hati serta tidak adanya kecemasan dan perasaan yang larut dalam kebimbangan-kebimbangan dan khayalan-khayalan yang justru akan lebih menyeretnya kepada pikiran-pikiran yang buruk, dan tidak menyikapinya dengan amarah. Tidak memikirkan akan musnahnya cita-cita yang didambakan dan terjadinya kegagalan yang tidak diinginkan bahkan menyerahkan perkara tersebut kepada Allah Azza wa Jalla disertai dengan melakukan sebab-sebab yang bermanfaat dan memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan.
16.  Bersandarnya hati kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, dan berperasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab orang yang bertawakkal kepada Allah tidak akan terpengaruh oleh berbagai macam kebimbangan.
17.  Seorang yang berakal akan mengetahui bahwa kehidupannya yang baik adalah kehidupan yang bahagia dan penuh ketentraman, dan bahwasannya kehidupan itu sangat pendek, sehingga dia tidak akan memperpendeknya lagi dengan  kebimbangan dan terus larut dalam kesusahan. Sebab yang demikian itu adalah lawan dari kehidupan yang baik.
18.  Jika menimpanya perkara-perkara yang dibenci, dia membandingkan antara nikmat-nikmat yang masih diberikan kepadanya, baik kenikmatan diniah maupun duniawiah dengan apa-apa yang menimpanya dari perkara-perkara yang tidak disukai. Ketika dia membandingkan hal tersebut, niscaya akan nampak jelas baginya akan banyaknya kenikmatan yang masih diberikan kepadanya. Dan demikian pula, dengan membandingkan antara apa-apa yang dikhawatirkan dari kejadian-kejadian yang akan memberikan madhorot kepadanya dengan kemungkinan-kemungkinan yang banyak dalam hal keselamatan. Sehingga tidak membiarkan kemungkinan-kemungkinan yang lemah mendominasi kemungkinan-kemungkinan yang banyak lagi kuat. Dengan demikian akan hilanglah kegelisahannya dan ketakutannya.
19.  Dia akan mengetahui bahwasannya gangguan manusia tidaklah dapat memberikan mudhorot kepadanya, khususnya dalam perkataan-perkataan yang buruk.  Bahkan hal itu akan menimbulkan bahaya bagi mereka sendri. Sehingga dia tidak menaruh perhatian dan tidak memperdulikannya hingga perbuatan tersebut tidak dapat memudhorotkannya.
20.  Dia akan menjadikan pikirannya kembali kepada apa-apa yang bermanfaat dalam kehidupan agama dan dunianya.
21.  Hendaknya seorang hamba tidak menuntut ucapan syukur (terima kasih) atas perbuatan baik yang dia korbankan dan dia kerjakan, kecuali dari Allah semata. Dia mengetahui bahwa perbuatan yang dia lakukan itu hanyalah merupakan muamalah darinya kepada Allah. Sehingga dia tidak peduli akan ucapan terima kasih dari orang yang dia beri kenikmatan.
Sebagaimana firman Allah Subahanahu wa Ta’ala :
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu tidak pula (ucapan) terima kasih.” (Al-Insaan:9)
Hal ini lebih ditekankan lagi dalam bermuamalah dengan istri dan anak-anaknya.
22.  Dia menjadikan perkara-perkara yang bermanfaat terpampang di hadapan matanya serta berusaha untuk mewujudkannya, tidak memperhatikan kepada perkara-perkara yang mengandung mudhorot. Sehingga benak dan pikirannya tidak tersibukkan dengannya.
23.  Memutuskan perkara-perkara yang sedang dihadapi dan meluangkan pikiran untuk hari esok sehingga dia dapat menghadapi perkara hari esok dengan kekuatan pikiran dan amalan.
24.  Hedaknya dia menyeleksi amal-amal dan ilmu-ilmu yang bermanfaat mulai dari yang terpenting, terkhusus yang memiliki motivasi kuat di dalam menjalankannya. Tak lupa dengan meminta pertolongan kepada Allah kemudian memusyawarahkannya. Apabila nampak jelas adanya kemaslahatan hendaknya dia bertekad kuat untuk mengamalkannya diiringi tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
25.  Menyebut-nyebut nikmat Allah, lahir maupun batin. Sebab dengan mengetahui nikmat Allah dan menceritakannya, Allah akan mencegah (datangnya) kebimbangan dan kegelisahan, dan akan memberikan semangat pada seorang hamba untuk bersyukur.
26.  Bermuamalah atau bergaul dengan pasangan hidup, kerabat, para pekerja dan dengan setiap orang yang berhubungan denganmu. Apabila engkau menemui ada kekurangan atau aib (maka pergaulilah mereka) dengan mengenal kebaikan-kebaikan mereka, dan membandingkan antara keduanya. Dengan senantiasa memperhatikan hal itu, persahabatan akan menjadi langgeng dan dada menjadi lapang. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Janganlah seorang mukmin membenci (istrinya) mukminah. Jika dia membenci darinya satu akhlaq, maka dia akan meridhoi dari siri istrinya tersebut akhlaq yang lain.”[4]
27.  Berdo’a untuk kebaikan semua urusannya, yang paling agung dari do’a-do’a itu adalah:

ALLAHUMMA ASHLIH LI DINI AL-LADZI HUWA ‘ISHMATU AMRI, WA DUN-YAYA AL-LATI FIHA MA’ASYI, WA AKHIROTI AL-LATI ILAIHA MA’ADI, WAJ’ALI AL-HAYATA ZIYADATAN LI FI KULLI KHOIRIN, WA AL-MAUTA ROHATAN LI MIN KULLI SYARRIN.

“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang mana agama itu merupakan bentuk penjagaan urusanku, dan perbaikilah duniaku yang di dalamnya ada kehidupanku, dan juga akhiratku yang kepadanya tempat kembaliku, dan jadikanlah kehidupanku sebagai tambahan bagiku dalam segala kebaikan dan kematian merupakan peristirahatan bagiku dari segala keburukan.[5]

Juga do’a :

ALLAHUMMA ROHMATAKA ARJU FALA TAKILNI ILA NAFSI THORFATA ‘AININ, WA ASHLIHLI  SYA’NI KULLAHU, LA ILAHA ILLA ANTA .

“Ya Allah, rahmat-Mu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan diriku pada diriku sendiri walaupun hanya sekejap mata, dan perbaikilah urusanku semuanya, tidak ada sesembahan (yang Haq) kecuali Engkau.”[6]
28.  Jihad fi sabilillah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
“Berjihadlah kalian di jalan Allah. Sesungguhnya jihad fii sabiilillah adalah pintu diantara pintu-pintu yang dengannya Allah akan menyelamatkan (seorang hamba) dari kebimbangan dan kesusahan.[7]
Sebab-sebab serta sarana-sarana ini merupakan terapi pengobatan yang bermanfaat bagi penyakit-penyakit kejiwaan (psikologis) dan termasuk pengobatan yang teragung untuk mengobati goncangnya jiwa bagi orang yang mau mencermati dan mengamalkannya dengan jujur dan ikhlas. Sebagian ulama telah mempraktekkan metode pengobatan ini untuk mengobati kondisi dan penyakit kejiwaan, dan ternyata Allah memberikan manfaat yang sangat besar dengannya. 
Disalin dari : Al-Qohthoni, Said bin Ali bin Wahf. 2011. Tindakan Preventif Menghindari Sihir & Serangan Jin. Sukoharjo: Maktabah Al-Ghuroba, hal. 90-107
Silahkan klik disini untuk ebook pdf nya.

[1] Yakni lapang dan luas dadanya di dalam menerima apa-apa yang telah Allah takdirkan bagi dirinya dan di dalam menghadapi permasalahan-permasalahannya. –pent.
[2] Yaitu cacat atau aib yang ada di dalam sesuatu, yang aib tersebut dapat merusak sesuatu.
[3] Dikeluarkan Ibnu Majah no.4216, dan lihat “Shahih Ibnu Majah” (2/4111).
[4] Muslim 2/109
[5] Muslim (4/2086)
[6] Abu dawud (4/324) dan Ahmad (5/42)
[7] Ahmad (5/314, 316, 319, 326, 330) dan Al-Hakim, dia shahihkan serta disetujui oleh Adz-Dzahabi (2/75)

Nasihat untuk Saya: Sebab-Sebab Futur dalam Thalabul Ilmi

www.sunniy.wordpress.com

Sebab-Sebab Futur dalam Thalabul Ilmi


Setiap kali bertambah belajarnya, semestinya bertambah pula semangatnya karena berarti ia telah mendapatkan tambahan ilmu. Dengan demikian ia pun gembira layaknya seorang pedagang yang bergembira ketika mendapatkan keuntungan, sehingga bertambahlah semangat si pedagang tadi untuk meraih nilai keuntungan yang lebih besar.
Demikian pula semestinya bagi penuntut ilmu, selama ia bersungguh-sungguh dan jujur dalam belajar, maka ketika mendapati suatu masalah (pelajaran), semakin bertambahlah keinginannya untuk mendapatkan ilmu.
Adapun orang yang tidaklah menuntut ilmu kecuali hanya untuk mengisi waktu saja, maka sangat rentan untuk tertimpa futur dan rasa malas.
Kedua: Syaithan senantiasa berusaha untuk menjadikan penuntut ilmu merasa putus asa.
Syaithan mengatakan, “Perjalanan (belajar) ini masih panjang, tidak mungkin engkau menguasai ilmu sebagaimana para ulama.” Sehingga yang seperti ini menjadikan penuntut ilmu malas dan meninggalkan belajarnya. Ini salah.
Salah seorang ahli tarikh menyebutkan tentang salah seorang imam dalam bidang nahwu. Ketika thalabul ilmi, beliau merasa kesulitan mempelajari ilmu nahwu, sehingga hampir saja beliau tinggalkan ilmu tersebut. Suatu ketika, ia melihat seekor semut naik di sebuah dinding dengan membawa makanan. Setiap kali semut itu berusaha naik, ia terjatuh. Terus menerus semut itu berusaha naik, namun terjatuh hingga terhitung sepuluh kali atau lebih semut itu berusaha naik, tetapi terus saja terjatuh. Akhirnya semut itu berhasil menaiki dinding setelah tentunya merasakan lelah dan rasa berat.
Al-Kisa’i pun mengatakan, “Semut ini telah berusaha dan merasakan beratnya apa yang ia lakukan sehingga berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Maka sungguh benar-benar aku akan berusaha dan berusaha.”
Maka Al-Kisa’i pun bersungguh-sungguh mempelajari ilmu nahwu, hingga meraih kedudukan sebagai imam dalam bidang tersebut.
Ketiga: Berteman dengan orang yang jelek.
Pertemanan itu memberikan pengaruh terhadap seseorang. Oleh karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendorong kita untuk berteman dengan orang-orang baik. Beliau mengabarkan bahwa teman yang shalih itu seperti penjual minyak wangi misk, yang mungkin engkau dihadiahi minyak tersebut, atau dijual kepadamu, atau setidaknya engkau akan mendapati aroma yang wangi. Sementara teman yang buruk itu seperti tukang tempa (pandai) besi, yang bisa jadi kalau engkau mendekatinya, bajumu akan terbakar, atau bisa jadi engkau akan mencium bau yang tidak sedap.

Rekaman Dauroh Imam Syafi'i ke-I Medan, Pekanbaru dan Batam


A. Dauroh Medan
Tempat:      Pondok Pesantren Umar bin Khattab
Waktu :      15-16 Safar 1434H/29-30 Desember 2012
Pembicara: ustadz Abul Mundzir Dzul Akmal hafidzahullah, Ustadz Wildan
                  hafidzahullah, Ustadz Rizqi hafidzahullah,
                  Nasehat dan Tanya jawab bersama Syaikh Jamal Furaihan
                  hafidzahullah dan Syaikh Adil Manshur hafidzahullah 

Rekaman Daurah Imam Asy-Syafi'i Sumatera II Medan-Batam-Pekanbaru 1435H


» Asy-Syaikh Abu Yasir Ruzeiq Al-Quraisyiy & Asy-Syaikh Abul Abbas 'Adil Mantsur Al-Yamaniy ~hafidzahumullah~

6-10 Rabi‘ul Awwal 1435H * 8-12/01/2014M

Download rekaman:



MEDAN
Rabu, 6 Rabi‘ul Awwal 1435H

Taushiyah Shubuh bersama Ust Ali Ishmah



6.1MB

[Sesi 1] Kajian Ba'da Maghrib - Kitabul Fitan Shahih Al-Bukhari bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. Wildan

11.5MB


MEDAN
Kamis, 7 Rabi‘ul Awwal 1435H

[Sesi 2] 10 pagi bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Terjemah oleh Ust. Wildan




9.3MB

[Sesi 2] 11 pagi bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Terjemah oleh Ust. Wildan
9.6MB

[Sesi 3] Ba'da Ashar bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. Wildan
13.7MB

[Sesi 4] Ba'da Maghrib bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Terjemah oleh Ust. Wildan
6.0MB

[Sesi 5] Ba'da Isya - Tanya Jawab bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Al-Ustadz Dzul Akmal
9.1MB


BATAM
Jum‘at, 8 Rabi‘ul Awwal 1435H

Khutbah Jum'at bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur




4.0MB

[Sesi 1] Ba'da Ashar bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Terjemah oleh Ust. Wildan
11.7MB

[Sesi 2] Ba'da Maghrib bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. Dzul Akmal
5.6MB

[Sesi 3] Ba'da Isya bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. Dzul Akmal
10.1MB


BATAM
Sabtu, 9 Rabi‘ul Awwal 1435H

[Sesi 4] Ba'da Shubuh bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy (pent. Ust. Wildan)
:: Terjemah oleh Ust. Wildan




7.6MB

[Sesi 5] 9 pagi bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur (pent. Ust. Dzul Akmal)
:: Terjemah oleh Ust. Dzul Akmal
14.4MB


PEKANBARU
Sabtu, 9 Rabi‘ul Awwal 1435H

[Sesi 1] Ba'da Dzuhur bersama Ust. Abdullah Farhan Palu 




5.5MB

[Sesi 2] Ba'da Ashar bersama Ust. Hammam Abu Taubah Palembang4.1MB

[Sesi 3] Ba'da Maghrib bersama Ust. Hammam Abu Taubah Palembang 4.2MB

[Sesi 4] Ba'da Isya bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Pembahasan Kitabut Tauhid
:: Terjemah oleh Ust.  
10.5MB


PEKANBARU
Ahad, 10 Rabi‘ul Awwal 1435H

[Sesi 5] Ba'da Shubuh bersama Ust. Abdur Razaq Muaro Bungo




6.8MB

[Sesi 6] bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. Dzul Akmal
17MB

[Sesi 7] bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Terjemah oleh Ust.  
8.3MB

[Sesi 8] Ba'da Ashar bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Terjemah oleh Ust.  
9MB

[Sesi 9] Ba'da Maghrib bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. 
10.3MB

[Sesi 10] Ba'da Isya bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Terjemah oleh Ust. 
10.3MB

Sumber: WA Ta’zhiimus Sunnah

Sikap Seorang Muslim Ketika Terjadi Fitnah


» Asy-Syaikh Abu Yasir Ruzeiq Al-Quraisyiy & Asy-Syaikh Abul Abbas 'Adil Mantsur Al-Yamaniy ~hafidzahumullah~

12 Rabi‘ul Awwal 1435H * 14/01/2014M

Download rekaman:


Taushiyah bersama Ust Ali Ishmah5.4MB

[Sesi 1] Sikap Seorang Muslim Ketuika terjadi Fitnah bersama Sy. Ruzaiq Al-Qurasyiy
:: Terjemah oleh Ust. Wildan

7.7MB

[Sesi 2] Sikap Seorang Muslim Ketika Terjadi Fitnah bersama Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. Wildan
8.8MB

[Sesi 3] Sikap Seorang Muslim Ketika Terjadi Fitnah bersama Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. Wildan
12.2MB

Tanya Jawab bersama Sy. Abul Abbas Adil Manshur
:: Terjemah oleh Ust. Wildan
3.4MB

Maktabah IMU dalam Ringkasan di Awal 2014

Maktabah IMU yang berasal daru dua kata yakni maktabah dan IMU . Maktabah adalah kata bahasa arab yang bermakna perpustakaan. Sedangkan IMU adalah kependekan kata dari Islamic And Medical Updates. Sehingga, yang saya maksudkan adalah sebuah perpustakaan online yang menyediakan beragam informasi terbaru dalam bidang keislaman dan kedokteran

Memulai posting di tahun 2008 dengan judul artikel Rekaman Dauroh nasional MasyaikhAhlus Sunnah wal Jama’ah ke- 9 Di Masjid Agung Manunggal Bantul. Walaupun sempat vakum beberapa bulan, akhirnya, maktabah IMU terus tetap hadir ke hadapan para pembaca hingga tahun 2014 ini. 

Dengan berbagai macam artikel tentang kesehatan dan kedokteran yang telah dipublikasikan di Maktabah IMU ini, menjadi suatu kebanggaan bagi kami selaku admin Maktabah IMU. Puji syukur hanya kepada Allah atas semua nikmat yang telah diberikan.  

Artikel, baik dalam bentuk kopi paste dari blog para ustadz, dari blog para dokter, buku-buku yang disalin dan dipublikasikan dalam bentuk ebook dan lain. Semuanya mewarnai Blog Maktabah IMU yang bisa para pembaca lihat sendiri. 

Uraian rukun islam baik syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji hampir semuanya telah dipublikasikan di blog Maktabah IMU ini. Berbagai macam rekaman kajian para ustadz juga telah dibagikan di blog ini. 

Adapun dalam bidang kedokteran, berbagai macam artikel kedokteran, ebook kedokteran, dan soal-soal kedokteran, dan majalah kedokteran juga telah mengisi Blog yang sangat simple ini. 

Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada para pengunjung Maktabah IMU yang selalu setia mengunjungi kami. Semoga bisa mendapatkan manfaat dari Blog sederhana ini. Semoga Maktabah IMU terus bisa aktif dan berbagi manfaat. 

Salam Sukses.