Mengakhiri rangkaian muhadharah Dauroh Nasional
Masyaikh ahlus Sunnah IX 1434 H/2013 H, asy-Syaikh Badr berkenan memberkan
nasehat dan wasiat perpisahan kepada segenap hadirin.
Dahulu para Shahabat Nabi apabila berkumpul dengan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka mengatakan: “Berikan wasiat kepada
kami wahai Rasulullah.” Sebagaimana diriwayatkan al-Bukhari dari shahabat Abu
Hurairah.
Demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam apabila mengirim utusan atau pasukan beliau senantiasa memberikan wasiat
kepada komandannya untuk bertaqwa kepada Allah dan berbuat baik kepada pasukan
yang bersamanya. Juga termasuk kebiasaan para Salaf adalah saling memberi dan
meminta wasiat. Terlebih apa bila wasiat itu disampaikan oleh seorang yang
menjadi teladan. Para ‘ulama sangat
memperhatikan tentang wasiat. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah memiliki
kitab Washayaa al-Kubrodan Washayaa ash-Shughra. Karena seseorang itu terkadang
mengalami berbagai persoalan dan problem, maka dia pun memberikan nasehat
kepada orang yang belum mengalaminya, atau tidak mengetahuinya, atau terlupa
darinya.
Oleh karena itu, atas permintaan agar aku berikan
wasiat sebelumnya kepulangan kami ke negeri kami Saudi ‘Arabia.
Maka aku akan menyampaikan 10 wasiat, walaupun sebenarnya wasiat itu sangat
banyak. Semoga Allah memberikan manfaat dengannya kepada orang yang
mendengarnya.
1. Bertaqwa kepada Allah. Sebagain ‘ulama mengatakan,
Taqwa adalah, Allah Ta’ala melihatmu ketika Dia memerintahkanmu, dan jangan
sampai Allah melihatmu ketika Dia memerintahkanmu. Taqwa adalah obat dan solusi
segala kesempitan dan kesulitan, dari musibah dan bencana. Allah berfirman,
“Barangsiapa yang bertaqwa maka pasti Allah berikan padanya jalan keluar.”
‘Umar bertanya kepada Ubay bin Ka’b, “Wahai Ubay, apa
itu taqwa? Maka Ubay menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah engkau pernah
melawati sebuah jalan yang padanya banyak duri?” “Ya”, jawab ‘Umar. “Apa yang
engkau lakukan ketika itu?” Tanya Ubay.
“Aku akan berhati-hati dengan serius.” jawab ‘Umar (yakni aku akan
menyingsingkan bajuku dan berusaha agar tidak terkenai duri-duri tersebut.)
“Itulah taqwa.” kata Ubay.
خَلِّ الذُّنُوبَ صَغِيرَهَا … وَكَبِيرَهَا فَهُوَ
التُّقَى
كُنْ مِثْلَ مَاشٍ فَوْقَ أَرْضِ … الشَّوْكِ يَحْذَرُ
مَا يَرَى
لا تُحَقِّرَنَّ صَغِيرَةً … إِنَّ الْجِبَالَ مِنَ
الْحَصَى
“Tinggalkanlah dosa-dosa, yang besar maupun yang
kecil. Itulah taqwa.
Jadilah seperti orang yang berjalan di atas tanah
berduri, maka ia waspada terhadap apa yang ia lihat
Janganlah meremehkan dosa kecil. Sesungguhnya gunung
itu tersusun dari kerikil-kecil.”
2. Istiqomah di atas agama. Allah Ta’ala berfirman,
“Istiqomahlah sebagaimana engkau diperintah.” “Berilah aku hidaya ke jalan yang
lurus.” Mohonlah kepada Allah agar memberimu taufiq untuk menempuh jalan yang
lurus, yang tidak ada kebengkokan padanya.
Istiqomah di atas agama, adalah dengan engkau tidak
menambah dan tidak mengurangi agama. Di antara nikmat Allah kepadamu, adalah
engkau termasuk ahlus sunnah. Di antara nikmat Allah kepadamu, adalah taufiq
kepada agama ini. Lihatlah orang-orang yang ada di sekitarnya, di sana ada yang menyembah
berhala, ada yang menyembah sapi, ada yang menyembah sesamanya. Sementara
engkau diberi taufiq untuk beribadah kepada Allah. Engkau diberi taufiq untuk
berada di atas agama Allah, dan diberi taufiq kepada manhaj yang benar yaitu
manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Datang seseorang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rasulullah, ajarilah aku sesuatu yang aku tidak bertanya lagi
kepada seorangpun sepeninggalmu.” Maka NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Kakatanlah aku beriman kepada Allah. Kemudian istiqomahlah.”
3. Saling menasihati di antara kalian. Barangsiapa
melihat pada saudara ada kekurangan maka nasehatilah. Sampaikanlah nasehat
secara pribadi, bukan di depan umum. asy-Syafi’irahimahullah mengatakan,
“barangsiapa menasehati saudaranya secara tersembunyi, maka sungguh ia telah
menasehatinya. Adapun barangsiapa yang menasehati saudaranya secara
terang-terangan di depan umum, maka ia telah membongkar aib saudaranya.”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama
adalah nasehat.” …
Jarir bin ‘Abdillah al-Bajali berkata, “Kami
membai’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamuntuk senantiasa mendengar
dan taat (terhadap pemerintah), dan memberikan nasehat kepada setiap muslim.”
Nush (nasehat) berasal dari kata nashuh, yaitu
(pemurnian/pembersihan). Membersihkan kotoran berupa kekurangan/kemungkaran
dari saudara kita. Sampaikanlah nasehat
dengan cara yang lembut agar lebih bisa diterima.
4. Hendaknya bersemangat menjaga ukhuwwah
(persaudaraan) Islamiyah. Allah berfirman,“Maka jadilah kalian dengan
nikmat-Nya sebagai saudara.” Allah ‘azza wa jalla juga berfirman,“Sesungguhnya
kaum mukminin itu bersaudara.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,“Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya.” Ingatlah bahwa
seorang muslim adalah saudara muslim yang lainnya. Ukhuwwah Islamiyyah
merupakan di antara nikmat Allah yang terbesar kepada kita. Hendaknya seorang
muslim bisa memberikan udzur untuk saudaranya dan berbaik sangka terhadapnya.
Janganlah berprasangka buruk terhadap saudaranya. Sesungguhnya seorang muslim
apabila bersama saudaranya maka dia akan merasa kuat, dan tanpa saudaranya dia
akan merasa lemah.
Kalau seandainya seorang muslim berada di sebuah
negeri yang semua warganya nashara, atau negeri yang semua warganya Yahudi,
atau Budha, bagaimana rasanya? Dia akan takut untuk menampakkan agamanya. Namun
kalau dia bersama saudara-saudaranya muslimin maka dia akan merasa mulia, kuat,
dan berwibawa. Pujilah Allah atas nikmat ukhuwwah Islamiyyah.
5. Aku wasiat kan
kepada kalian untuk senantiasa mendengar dan mentaati waliyyul amr(pemerintah
muslimin). Ini adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
kepada kita. Allah ‘azza wa jalla, “Taatilah Allah, taatilah Rasul-Nya dan ulil
amri di antara kalian.” Shahabat Abu Hurairah berkata: Waliyyul amr adalah
pemerintah (HR. Ibnu Abi Syaibah).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mendengarlah
dan Taatlah walaupun yang memerintah kalian seorang budak habasyi, kepalanya
seperti anggur.” (Muttafaq ‘alahi). Engkau wajib mendengar dan taat dalam
perkara yang ma’ruf. Jika pemerintah itu muslim, maka engkau bertaqarrub kepada
Allah dengan cara mentaatinya. Jika pemerintah itu kafir, maka engkau
mentaatinya agar engkau terhindar dari mafsadah.
6. Aku wasiatkan kepada kalian untuk tidak keluar
dari ketaatan terhadap pemerintah, tidak memberontak pada pemerintah. Siapa
yang mati demikian maka ia mati di atas jahiliah.
Bahkan memberontak termasuk dosa besar. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda“Barang siapa mengangkat senjata kepada
kami maka tidak termasuk golongan kami.” Para
‘ulama menjelaskan bahwa setiap dosa yang Nabi berlepas diri dari pelakunya,
maka itu termasuk dosa besar.
Cukup bagi kalian terdapat pelajaran dari orang-orang
yang memberontak memberontak terhadap pemerintah-pemerintah muslim, hasil apa
yang mereka dapatkan? Mereka justru dibunuh dan menjadi korban, tanpa ada hasil
apapun. Akibat tidak mau mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, yaitu perintah
untuk bersabar menghadapi kezhaliman pemerintah. Para
‘ulama mengatakan, Hakim zhalum wal fitnah tadum (ketika ada pemimpin zhalim
dan fitnah tidak berlanjut).
7. Berbakti kepada kedua orang tua. (Qs. An-Nisa’ :
36). Dalam kitabnya al-Adab al-Mufrod, al-Bukhari meriwayatkan hadits
“berbaktilah kepada orang tua niscaya anak-anak kalian berbakti kepada kalian.”
Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dalam kategori dosa besar.
NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga yang tidak akan masuk al-Jannah,
pezina, orang yang banyak minum khamr, dan anak yang durhaka kepada kedua orang
tuanya.”
8. Menjaga dan menjalin hubungan silaturrahmi dengan
kerabat. Allah telah mewasiatkan kepada kalian dengan silaturrahmi. Maka wajib
atas kalian menyambung silaturrahmi. Dalam Shahih al-Bukhari, “Bahwa rahim
mengatakan, wahai Rabb-ku ini si fulan telah menjalin hubungan silaturrahmi,
maka sambungkanlah. Dan ini si fulan memutuskan hubungan silaturrahmi, maka
putuslah dia.”
Yakni karib kerabat kalian, baik dari pihak ayah
maupun pihak ibu.
9. Aku wasiatkan kepada kalian untuk bersatu
(berjamaah) dan waspadalah kalian darifurqoh (perpecahan). Allah berfirman, “Berpegangteguhlah
kalian semua dengn tali Allah, dan janganlah kalian berpecah belah.” (ali
‘Imran : 103)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berjamaah adalah rahmat, sedangkanfurqoh itu adzab.” (HR. Ahmad, dishahihkan
oleh al-Albani). Ath-Thahawi berkata, “Kami melihat bahwa al-Jama’ah (bersatu)
itu haq dan tepat, sedangkan furqah itu penyimpangan dan adzab.”
10. Aku wasiatkan kepada kalian untuk senantiasa
bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam tholabul ilmi. Sesungguhnya ilmu
merupakan warisan para nabi. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Maka kalian harus mendapatkan warisan ini.
Sekarang aku yang menyampaikan ini, maka esok
kalianlah yang menyampaikan.
Aku memohon kepada Allah agar memberikan manfaat
kepada kita dengan wasiat-wasiat ini. Wasiat yang disampaikan oleh seseorang
kepada saudara-saudaranya. Jaga dan peganglah wasiat tersebut, serta ajarkanlah
kepada orang-orang yang menunggu di balakang kalian.
Wallahu a’lam bishawab. Walhamdulillaah.
Publikasi ulang dari : http://mahad-assalafy.com/2013/08/28/wasiat-penutupan-dauroh-nasional/
(